KOMPAS.com - Di masa kini, rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga tempat belajar, berolahraga, bekerja, dan segudang aktivitas lainnya. Ironisnya, dengan keterbatasan ruang dan tempat, perlu cara-cara kreatif dan inovatif untuk mengakomodasi beragam sarana maupun peralatan penunjang aktivitas tersebut di dalam tempat tinggal.
Tak pelak, pesan yang disampaikan oleh Boo-Keun Yoon, President & CEO Samsung Electronics, dalam pembukaan pameran Internationale Funkausstellung (IFA) Berlin 2014 mengingatkan betapa rumah dan segala isinya dapat mengakomodasi semua kebutuhan dalam aktivitas tuan dan nyonya rumah. Ini pesan bagi para inovator teknologi. Mereka ditantang untuk dapat mengintegrasikan semua hal itu sehingga hidup menjadi lebih mudah, khususnya di dalam rumah.
Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah manufaktur peralatan elektronik terus mengembangkan konsep rumah pintar, rumah masa depan yang dapat mengerti dan memenuhi keperluan si empunya. Ini karena rumah telah menjadi pusat kehidupan manusia, dan di sanalah beragam aktivitas pribadi dilakukan.
"Rumah masa depan adalah rumah yang dapat beradaptasi dengan penghuninya. Rumah akan menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan, lebih memahami apa yang kita butuhkan dan memenuhinya sebelum kita memintanya," kata Yoon.
Secara spesifik, Yoon mengatakan bahwa teknologi dalam rumah akan semakin protektif, fleksibel, dan responsif terhadap penghuninya. Disebut protektif karena teknologi harus dapat menjamin rasa aman bagi tuan rumah, mulai gangguan pencurian hingga polusi udara dan air.
Rumah fleksibel dapat menyediakan ruang multifungsi bagi penghuni, sekaligus memberikan ruang gerak yang lebih lega bagi penghuninya. Teknologi menciptakan fleksibilitas itu, misalnya untuk memindahkan perabotan di dalam rumah secara otomatis.
Adapun rumah dengan teknologi yang responsif akan mengenali dan menyesuaikan dengan kebiasaan dan perilaku si tuan rumah. Pada poin ini, imajinasi dan inovasi teknologi berpadu membentuk temuan yang bermanfaat bagi hidup.
Saling terhubung
Pada penyelenggaraan IFA Berlin 2014, Samsung antara lain mempertontonkan cara lemari es mampu dengan teliti menghitung ketersediaan stok bahan makanan yang tersimpan di dalamnya. Kulkas yang sama juga bisa mengingatkan penghuninya saat mengambil makanan pantangan untuk diet. Atau, meja dapur pintar yang bisa menampilkan resep masakan baru dan cara memasaknya tahap per tahap. Bahkan, kompor elektriknya bisa memasak daging menjadi setengah matang atau matang penuh dengan temperatur dan waktu terukur (lihat video di bawah).
Selain Samsung, manufaktur lain juga merancang inovasi agar peralatan elektronik rumah tangga (home appliances) agar dapat saling "berkomunikasi" dan beroperasi seusai keinginan penghuninya. Katakanlah LG, yang sudah bisa membuat sistem kelistrikan di dalam rumah mati ketika si empunya mengirim perintah dari jarak jauh. Pabrikan dari Korea Selatan itu juga memproduksi perabotan elektrik yang bisa saling terhubung satu sama lain dan dikendalikan dengan perintah sederhana, baik suara, ponsel, ataupun perangkat kontrol lain.
Di luar itu, para ilmuwan pun telah mengembangkan teknologi serupa. Laboratorium Massachusetts Institute of Technology (MIT), misalnya, berhasil membuat sensor yang dapat membaca gerakan tangan seseorang untuk mengaktifkan perabotan digital dalam rumah. Dengan sensor itu, gestur penghuni rumah dapat menyalakan lampu dan mengatur warnanya, mendorong ranjang atau meja geser, bahkan memindahkan lemari untuk membuka kamar mandi tersembunyi di dalam sebuah kamar.
Kent Larson, Director of City Science Iniative MIT Laboratorium, mengatakan, rumah masa depan bukan sebatas rumah cerdas berteknologi tinggi di mana seluruh perabotannya bisa saling terhubung. Rumah masa depan harusnya menyatu dengan cara hidup penghuninya sehingga si empunya dapat melakukan aktivitas dengan leluasa.
"Ini tentang memberi Anda pilihan yang tepat pada saat yang tepat," kata Larson di acara IFA Berlin 2014.
Dalam presentasinya, peneliti di MIT Media Lab itu menunjukkan bagaimana seseorang dapat memaksimalkan kamar apartemen berukuran 28 meter persegi menjadi seolah-olah tiga kali lebih luas. Semuanya dioperasikan secara digital, tanpa perlu memencet tombol. Anda dapat melihat contohnya pada video di bawah ini.
Peranti lunak untuk mengoperasikan sistem pada smart home ini juga terus dikembangkan. Contohnya SmartThings, yang telah membuat lebih dari ribuan aplikasi yang dapat berjalan pada beragam merek kulkas, mesin cuci, maupun mobile device seperti ponsel, tablet PC, hingga remote controller. Intinya, konsep rumah masa depan merupakan sebuah keniscayaan yang dapat segera terealisasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.