Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengangkat Rumah, Menghindari Banjir

Kompas.com - 02/09/2014, 11:40 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

KOMPAS.com - Memiliki rumah bebas banjir adalah impian semua orang. Banyak kerugian yang didapat ketika banjir melanda, mulai kerusakan rumah hingga renovasi ulang terhadap rumah. Tak ada salahnya dipertimbangkan dari sekarang!

Lingkungan nyaman seringkali menjadi penghalang untuk pindah rumah. Tapi, lain halnya dengan sebuah keluarga di Inggris yang lebih memilih "mengangkat" rumahnya demi menghindari banjir.

Yaron Ivry beserta keluarganya kini tinggal dalam sebuah rumah di atas pulau antara kanal air di wilayah Wraysbury, Berkshire, Inggris. Tinggal di antara kanal air membuat rumah keluarga Yaron Ivry rawan banjir. Banjir terparah terjadi di bulan Januari yang membuat beberapa tetangganya tidak dapat kembali ke rumah mereka.

 
www.dailymail.co.uk Tinggal di antara kanal air membuat rumah keluarga Yaron Ivry rawan banjir. Banjir terparah terjadi di bulan Januari yang membuat beberapa tetangganya tidak dapat kembali ke rumah mereka.
Atas dasar itulah kemudian Yaron Ivry memiliki ide gila, yakni mengangkat rumahnya sebanyak empat setengah kaki di udara dan mengisi kekosongan di bawahnya dengan balok angin. Selama lebih dari 10 hari, bangunan seberat 80 ton itu kini telah ditempatkan di atas dudukan baja dan ditopang oleh 28 soket komputerisasi semacam dongkrak yang bergerak ke atas tiga inci per jam.

Kini, setelah tiga bulan pengerjaan, rumah keluarga Yaron Ivry hampir selesai diangkat. Namun, meski pengangkatan telah selesai, bagian depan dan belakang pintu masih ditangguhkan pembangunannya hingga lima kaki di udara. Pintu itu kini hanya bisa diakses dengan memanjat tumpukan balok angin. 

 
Beberapa bulan lalu, banjir sempat merusak beberapa properti keluarga Yaron Ivry. Lantai-lantainya hancur, tembok dan listrik juga menderita kerusakan parah.

"Setelah banjir, kami terus berpikir untuk melindungi semua properti yang kami miliki," ujar Ivry, yang tinggal bersama istri dan kedua anaknya.

www.dailymail.co.uk Awalnya Ivry hanya ingin mengangkat rumahnya sebanyak tiga kaki, tapi ternyata Agensi Lingkungan menyarankan untuk mengangkatnya hingga empat kaki di udara demi benar-benar terhindar dari banjir.
Sebagai seorang wiraswasta, Ivry tidak bisa bekerja setelah banjir melanda kediamannya.
 
"Banjir itu merenggut semuanya, ditambah lagi dengan biaya renovasi. Jadi saya mengambil keputusan bahwa hal ini tidak boleh terjadi lagi," tambah Ivry.
 
Keputusan mengangkat rumah pun menjadi pilihan Ivry. Izin untuk itu pun sangat mudah didapat. Awalnya Ivry hanya ingin mengangkat rumahnya sebanyak tiga kaki, tapi ternyata Agensi Lingkungan menyarankan untuk mengangkatnya hingga empat kaki di udara demi benar-benar terhindar dari banjir.
 
Rp 1,3 miliar

Proses pengangkatan rumah Yaron Ivry ini melibatkan 250 balok metal dengan berat 14 ton yang digunakan untuk menanggung beban rumah ketika bergerak. Kemudian 28 soket super kuat semacam dongkrak, masing-masing mampu menahan 50 ton beban ditempatkan di bawah dudukan baja. Pengangkatan rumah dilakukan secara perlahan agar tidak menimbulkan kerusakan.

 
"Saya takut, ini bukan hanya mengangkat rumah, tetapi juga mengangkat semua yang ada di dalamnya. Jadi, harus dilakukan secara perlahan dan penuh perhitungan," ujar Ivry.
 
Namun, meski menghabiskan dana hingga 70,000 poundsterling atau setara Rp 1,3 miliar lebih, keluarga Yaron Ivry sama sekali tidak rugi. Karena kini, setelah pengangkatan, harga rumahnya mencapai 2 juta poundsterling atau sekitar Rp 38 miliar lebih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com