Proyek ini memperlihatkan bahwa sebuah produk dapat menyimpan sejarah individu yang sangat rahasia sekalipun, seperti kisah cinta. Bahkan dengan desain yang berkelanjutan. Untuk membentuk satu benda, serangkaian sensor diterapkan kepada para peserta selama mereka bernarasi tentang kisah cinta mereka; ada sensor yang membaca aktivitas otak, sensor perekam suara dan memonitor detak jantung.
Selama peserta berbicara, berada di ruangan yang terisolasi sehingga dapat lebih leluasa mengekspos perasaan mereka. Data yang diambil dari emosi mereka, disampaikan melalui perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus. Melalui grafis interface yang dibuat dari piranti lunak grasshopper, informasi ini mencetak setiap aspek dari objek desain yang kemudian dibuat menggunakan mesin cetak tiga dimensi (3D).
Mesin cetak 3D terbukti telah menciptakan sebuah benda yang menginterpretasikan data yang dikumpulkan, mengubah berbagai input ke dalam satu bahasa dan memungkinkan visualisasi real-time atas kondisi emosional peserta.
Statistik ini kemudian dikirim ke program yang memeragakan objek tiga dimensi, menggunakan sistem unik 'partikel'. Sensor suara merespon kecepatan partikel tersebut saat mencetak benda, sementara detak jantung mengontrol ketebalan partikel dan gelombang otak yang menyebabkan partikel harus menjauh atau menarik satu sama lain.
Versi pertama dari percobaan ini membentuk model dengan tiga objek yang berbeda; vas, lampu dan mangkuk buah. Produk akhir yang divisualisasikan pada komputer dan akhirnya dikirim ke mesin cetak 3D dapat merumuskan objek dalam berbagai bahan, seperti poliamida, kaca, keramik atau logam. Setiap produk tercipta sangat unik dan berisi emosi paling intim dari kisah cinta para peserta.
Tim desain saat ini sedang dalam proses pengembangan aplikasi, agar siapa pun, dimana pun, dapat menceritakan kisah cinta mereka sendiri dan memvisualisasikan secara real time, melalui ponsel mereka.
Berikut proses penciptaan "The Project Love" berbasis kisah asmara: