Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahalnya Harga Perubahan Citra Lingkungan....

Kompas.com - 18/08/2014, 12:50 WIB
Tabita Diela

Penulis

The Atlanta Way: A Documentary on GentrificationCuplikan film dokumenter The Atlanta Way: A Documentary on Gentrification gubahan King Williams.

KOMPAS.com - Penyediaan hunian publik bukan perkara mudah. Di daerah yang sempat berhasil sekalipun, penyediaan hunian publik dan peningkatan kualitas lingkungannya bisa bermasalah.

Hal tersebut, menurut sineas asal Amerika Serikat, King Williams, juga terjadi di Atlanta, Ibukota Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat. Lewat film dokumenter buatannya, Williams ingin menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi di Atlanta.

Stephanie Garlock, dalam artikelnya di Citylab The Atlantic mengungkapkan bahwa perumahan publik di Atlanta sudah dikenal selama abad ke-20 sebagai salah satu lokasi pionir pengadaan perumahan publik. Lewat Techwood Homes, nama Atlanta pun pengemuka.

Pada 1990, Atlanta pun didapuk sebagai pemilik perumahan publik terbanyak di Amerika Serikat. Namun, dua dekade kemudian, fakta itu seketika berubah.

"Prestasi" Atlanta sebagai pemilik perumahan publik terbanyak berangsur-angsur menurun hingga menjadi nol besar. Hal ini terjadi lebih cepat ketimbang kota lain di Amerika Serikat. Secara sistematis, Atlanta meruntuhkan hunian-hunian publiknya sejak kota tersebut bersiap menyambut Olimpiade Musim Panas 1996.

Secara khusus, film dokumenter bertajuk "The Atlanta Way" menampilkan analisa komprehensif mengenai proses pemugaran Atlanta di hari-hari terakhir keberadaan fasilitas hunian publiknya. Pada waktu bersamaan, tepatnya pada 2008, rupanya juga terjadi krisis ekonomi. "The Atlanta Way" berusaha menampilkan proses pemugaran dari dua sisi, mereka yang memugar dan para masyarakat.

"Pertanyaan utama dari film ini adalah ke mana semua penghuni perumahan rakyat pergi sejak perumahannya dihancurkan antara 2008 sampai 2011. Berdasarkan penelitian yang bisa kami akses, mereka pindah dari area perumahan rakyat yang sangat padat ke beberapa area lebih kecil berisi masyarakat berpenghasilan rendah," terang Williams kepada Kompas melalui email.

Williams juga menjelaskan bahwa proses pemugaran atau yang dia sebut dengan "gentrification" berawal dari beberapa tahun sebelum penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas 1996 di Atlanta. Kala itu, pemerintah setempat mulai berencana untuk menghapus proyek-proyek perumahan. Masyarakat yang tergusur pun dibantu melalui sistem voucer. Voucer tersebut bisa mereka gunakan untuk membayar apartemen dan rumah yang dikelola oleh swasta.

"Singkatnya, berawal dari beberapa tahun sebelum Olimpiade 1996 tiba di Atlanta, pihak berwenang yang mengatur perumahan rakyat di Atlanta mulai memberlakukan rencana untuk menghapus proyek kunci perumahan. Proyek perumahan yang berada di area utama kota dan membangunan kembali tanah di mana peristiwa Olimpiade akan berlangsung," ujarnya.

Williams, yang juga berasal dari Atlanta, ingin agar karyanya mampu menunjukkan betapa kompleks dan rumitnya melakukan perubahan dalam skala besar. Dia berharap, ketika orang melihat dokumenter tersebut, mereka akan mengerti dengan lebih baik mengapa perumahan publik diperlukan.

Mereka juga diharapkan mengerti alasan kegagalan perumahan publik. Tidak hanya sebagai bahan renungan, namun Williams ingin agar karyanya juga digunakan sebagai salah satu cara mengevaluasi diri bagi pemangku kepentingan.

Berikut ini cuplikan film dokumenter "The Atlanta Way: A Documentary on Gentrification".

Dalam cuplikan ini, Williams menampilkan pendapat Diane Wright, aktivifis dan pemimpin komunitas di Hollywood Courts. Lewat pendapat tersebut, rasanya tidak sulit melihat harga mahal yang harus dibayar untuk melakukan pembaruan. Proses pembaruan pun tidak serta-merta berhasil.

"Mereka pikir, jika kami tinggal di dalam proyek, kami adalah proyek. Kami adalah manusia, kami penghuni yang menginginkan untuk memiliki sesuatu. Jika Anda akan meruntuhkan sebuah properti dan memindahkan orang-orang, mereka seharusnya memiliki kesempatan untuk bicara," ujar Wright.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com