Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsitek Dunia Berkomitmen Tekan Jumlah Emisi Karbon

Kompas.com - 15/08/2014, 16:45 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - Rencana untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dunia semakin lantang terdengar. Salah satunya berasal dari Kongres Dunia Union internationale des Architectes (UIA) di Durban, Afrika Selatan, pekan lalu.

Sebanyak 124 anggota organisasi yang hadir telah mendeklarasikan komitmen mereka pada arsitektur berkelanjutan. Mereka bertekad akan mengadopsi Deklarasi 2050 Imperative. Deklarasi tersebut berisi rencana mengurangi emisi karbon dioksida dari bangunan.

Deklarasi yang diadakan pada Rabu (8/8/2014) lalu itu mengetengahkan betapa gentingnya kondisi lingkungan saat ini. Karena itu, anggota UIA dari seluruh dunia perlu berkomitmen mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan keadilan.

Salah satu ungkapan yang disebutkan dalam deklarasi tersebut berbunyi, "Daerah perkotaan bertanggung jawab atas lebih dari 70 persen konsumsi energi global dan emisi CO2, yang umumnya berasal dari bangunan. Lebih dari dua dekade mendatang, sebuah area kurang lebih setara dengan 60 persen total stok bangunan dari seluruh dunia diproyeksikan akan dibangun dan dibangun kembali di area urban seluruh dunia. Hal ini akan memberikan kesempatan yang berlum pernah terjadi sebelumnya untuk mengurangi emisi CO2 bahan bakar fosil dengan menetapkan sektor bangunan global pada jalur pengentasan emisi di 2050".

Dalam pernyataan yang sama juga disebutkan, bahwa UIA menyadari pentingnya peranan arsitek dalam perencanaan dan perancangan lingkungan. Karena itu, arsitek bisa menjadi garda depan dalam pengurangi emisi karbon. UAI mendukung para anggota untuk:

  • Merencanakan dan mendesain kota, pengembangan urban, bangunan-bangunan baru, agar bebas karbon. Artinya, mereka tidak lagi menggunakan energi dalam setahun lebih banyak ketimbang energi yang mereka produksi, atau mereka impor, dari sumber energi terbarukan.
  • Merenovasi dan merehabilitasi kota-kota eksisting, pengembangan urban dan bangunan agar menjadi bebas karbon, namun tetap menghormati kebudayaan dan nilai-nilai turun temurun.
  • Dalam kasus-kasus di mana mencapai bebas karbon tidak mungkin atau tidak praktis, (arsitek) merencanakan dan mendesain kota, pengembangan urban, gedung baru, dan renovasi harus dengan sangat efisien. Dengan kemampuan untuk memproduksi, atau mengimpor semua energi mereka dari sumber energi terbarukan di masa depan.
  • Berkomitmen pada prinsip untuk menarik penelitian dan menetapkan target untuk mencapai tujuan 2050.
  • Mengadvokasi dan mempromosikan arsitektur yang bertanggungjawab secara sosial pada komunitas. Mengembangkan dan menyediakan akses bagi informasi dan alat untuk merencanakan dan mendesain lingkungan berkelanjutan, kuat, inklusif, rendah karbon, dan bahkan nol karbon. Selain itu juga menyediakan akses untuk mendesain sistem energi terbarukan tanpa biaya atau rendah biaya.

Hal tersebut mendapat dukungan dari Presiden American Institute of Architects (AIA), Helene Combs Dreiling, FAIA.

"Kita telah membuat langkah besar menuju lingkungan binaan yang berkelanjutan, tetapi kita masih perlu memajukan industri untuk membuat desain berkelanjutan menjadi standar de facto untuk semua proyek konstruksi," kata Dreiling. 

"Praktik desain berkelanjutan dilaksanakan oleh arsitek dunia akan mengurangi perubahan iklim dan akhirnya menyelamatkan nyawa," tambahnya.

Mengenai Durban

Durban, kota terbesar di Afrika Selatan, berada di provinsi KwaZulu-Natal. Selain indah, kota pesisir ini juga merupakan lokasi manufaktur terpenting kedua di Afrika Selatan setelah Johannesburg. Durban dikenal sebagai kota tersibuk di Afrika Selatan, bahkan seluruh Afrika. Simak keindahan kota tersebut dalam video yang dirilis secara resmi oleh UIA Congress: Architecture OTHERWHERE Durban 2014.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com