Moody's menggarisbawahi risiko keuangan pengembang dan kekhawatiran investor yang telah membeli obligasi luar negeri terbitan perusahaan-perusahaan properti setempat tahun ini.
Revisi peringkat tersebut muncul setelah transaksi properti Tiongkok daratan dan kegiatan konstruksi dalam empat bulan pertama tahun ini (kuartal I) mengalami stagnasi, meskipun beberapa pengembang mengorting harga jual. Dengan pemangkasan harga ini, mereka berharap dapat meningkatkan laju penjualan. Namun, apa lacur, semua yang dilakukan tak berdampak sama sekali.
"Kami juga mengharapkan likuiditas pengembang melemah sebagai koreksi dari perlambatan hasil penjualan," ujar analis properti Moody's, Franco Leung.
Moody's melakukan survei di kota pertama dan lapis kedua di seluruh Tiongkok daratan selama sekitar 14 bulan yang berakhir pada April 2014. Hasilnya, terdapat kelebihan pasokan hunian yang justru menekan harga jual. Pengembang mengalami tekanan modal dan marjin keuntungan pun sangat tipis.Kondisi tersebut memang memicu sejumlah pengembang gulung tikar, namun sebagian lainnya justru sanggup bertahan. Sebagian besar dari mereka adalah pengembang yang mempraktikkan manajemen keuangan konservatif dan likuiditas yang baik.
Hanya saja, hal itu tak menghalangi Moody's menilai pengembang macam Glorious Property, Coastal Greenland, dan Renhe Commercial, berkinerja sangat buruk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.