Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembang Ogah Bangun Rumah Rakyat, Konsep Hunian Berimbang Gagal

Kompas.com - 13/05/2014, 19:48 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketimpangan antara kebutuhan dan rumah terbangun semakin membesar. Salah satu penyebabnya adalah gagalnya pelaksanaan konsep pembangunan hunian berimbang. Situasi bertambah tidak kondusif karena birokrat tidak bergerak dan pengembang emoh membangun rumah rakyat.

Meski sudah ada Undang-Undang Perumahan sejak tiga tahun lalu, sampai menjelang masa akhir jabatan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) saat ini, konsep tersebut mandek alias jalan di tempat.

 
Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz, mengakui hal tersebut dalam acara temu wartawan di jakarta, Selasa (13/5/2014).

"Mengenai papan ini, perhatian pemerintah sangat minim. Terutama dalam mata anggaran. Meskipun pemerintah sudah berbuat sangat banyak dengan menyediakan papan yang mencukupi untuk masyarakat Indonesia. Ternyata ketimpangan makin banyak. Terutama untuk kawasan hunian berimbang. Undang-undang Perumahan sudah ada tiga tahun lalu," ungkap Djan kepada Kompas.com.

Padahal, Djan mengaku sudah menugaskan Surveyor Indonesia untuk menghimpun data pengembang di seluruh Indonesia yang wajib membangun hunian berimbang. Hanya saja, hingga saat ini badan survey tersebut belum juga selesai menghimpun semua datanya. 
 
"Menginventarisasi dan menginvestigasi pengembang; dua tahun dikasih tugas tidak ada hasilnya," keluh Djan.
 
Sementara itu, menurut Deputi Pengembangan Kawasan Kemenpera Agus Sumargiarto, Surveyor Indonesia sebetulnya sudah mengantongi data 40-an pengembang yang wajib membangun hunian berimbang. Ke-40 pengembang ini tengah diverifikasi oleh Kemenpera untuk kemudian ditelusuri apakah para pengembang ini sudah menjalankan siteplan yang diajukan sebelumnya.
 
"Hari ini, (Kemenpera) bikin surat ke Kejaksaan dan bikin surat ke pengembang, minta Kejaksaan tagih kawasan hunian berimbang. Mereka bangun rumah mewah, membangun rumah rakyat tidak mau. Dan, yang dibangun, rumah rakyat memang gratis? Mereka jual, rakyat beli," imbuh Djan.
 
Adapun, sebelumnya Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy mengungkapkan, hunian berimbang sulit dibangun pengembang, khususnya di Jakarta.
 
"Sebenarnya kalau hunian berimbang, sesuai harga yang ditentukan Kemenpera, tidak mungkin dibangun di Jakarta. Untuk (harga) yang baru, Pak Menpera sudah menganjurkan pembangunan rusun, tapi penyesuaian harganya belum diterbitkan oleh Menteri Keuangan. Kalau harga yang baru, semua perangkat sudah selesai, saya rasa ke depan banyak yang bangun. Kalau yang lama ada yang belum menyelesaikan kewajiban, memang sedang koordinasi. Masih ada sisa sedikit. Yang belum akan direalisasikan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Permudah Akses Warga Ciputat, Progress Group Bangun Jalan Penghubung

Permudah Akses Warga Ciputat, Progress Group Bangun Jalan Penghubung

Berita
6,6 Juta Kendaraan Lintasi Tiga Ruas Tol Astra Infra Selama Mudik Lebaran

6,6 Juta Kendaraan Lintasi Tiga Ruas Tol Astra Infra Selama Mudik Lebaran

Berita
[POPULER PROPERTI] 5 Tahun ke Depan, 'Crazy Rich' Indonesia Lampaui Dunia

[POPULER PROPERTI] 5 Tahun ke Depan, "Crazy Rich" Indonesia Lampaui Dunia

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Demak: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Demak: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Klaten: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Wonosobo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Boyolali: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Identifikasi 100 Properti, OYO Fokus Layani Akomodasi Pemerintah

Hotel
Permintaan Membeludak Pasca-Lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Permintaan Membeludak Pasca-Lebaran, KAI Siapkan Tambahan Relasi Ini

Berita
Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Lebaran 2024, 2,1 Juta Kendaraan Lintasi Tol Trans-Sumatera

Berita
Meski Tahan Lama, Wastafel 'Stainless Steel' Punya Kekurangan

Meski Tahan Lama, Wastafel "Stainless Steel" Punya Kekurangan

Tips
Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Juli Ini, Proyek Tol Bayung Lencir-Tempino Seksi 3 Kelar

Berita
Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Metland Catatkan Laba Bersih Rp 417,6 Miliar Sepanjang 2023

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jepara: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Ini 147 Bangunan di Sulbar yang Beres Direkonstruksi Pasca Gempa

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com