Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hak Terkebiri, "New Yorkers" Protes Pembangunan Pencakar Langit

Kompas.com - 27/04/2014, 11:16 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber NRP
KOMPAS.com - Tak selamanya gedung-gedung yang merobek angkasa, membuat warganya bangga. Bagi warga di negara-negara yang baru melek pembangunan pencakar langit dengan ketinggian di atas 300 meter (supertall), memang membawa gengsi tersendiri. Namun, berbeda bagi penduduk di negara dengan tradisi lama supertall, mereka justru merasa tidak nyaman.

Pembangunan pencakar langit yang berlangsung masif dalam beberapa tahun terakhir, membuat penduduk New York gerah. Betapa tidak, saat ini terdapat 7 pengembangan gedung dengan ketinggian di atas 200 meter. Dua di antaranya adalah supertall, yakni 432 Park Avenue dan One57.

Itu artinya, hak mereka untuk mendapatkan sinar matahari secara langsung di ruang-ruang publik, terkebiri oleh kehadiran gedung-gedung menjulang tersebut. Terlebih saat musim tertentu, di mana kemunculan matahari begitu minim.

Wartawan senior, Warren St John, bersaksi saat ia dan anaknya bermain-main di Central Park, mereka tak dapat menikmati sinar matahari. Padahal langit begitu cerah. Ketika ia mendongak ke atas, yang terlihat hanyalah Empire State Building sejangkung 381 meter. Saat itulah ia menyadari, matahari ada di belakang gedung tertinggi di Amerika Serikat tersebut sebelum dipecahkan rekornya oleh One World Trade Center setinggi 541 meter.

Demikian pula saat ia berada di taman bermain dengan jarak 1 mil dari utara pusat kota. Dia hanya melihat gedung yang sama. Tak puas berada di dua lokasi berbeda, ia pun beranjak ke selatan. Dia tidak menyaksikan keindahan cakrawala, melainkan sejumlah konstruksi jangkung baik yang sudah eksisting maupun dalam proses pembangunan. Salah satunya adalah One57.

One57 merupakan pencakar langit tertinggi di selatan New York. Namun, tak lama lagi rekor ini akan dilampaui oleh bangunan lain yang 30 persen lebih tinggi. St John mencatat, kondisi udara di selatan ini jauh lebih dingin, karena sinar matahari sama sekali tak dapat dinikmati.

Penduduk New York bukannya tidak berupaya merebut kembali haknya. Pada pertemuan dengan Dewan Kota New York, Corey Johnson, terungkap bahwa sebagian besar gedung tersebut merupakan apartemen yang dijual kepada investor asing. Mereka membeli satu, dua dan lebih dari lima unit apartemen senilai ratusan juta dollar AS namun tidak untuk dihuni.

Data tersebut jelas membuat berang warga. Namun, kemarahan tersebut ditampik Extell Development, selaku pengembang One57. Menurut Presiden Direktur Extell Development, Gary Barnett, kehadiran One57 tidak merusak lingkungan dan berdampak negatif pada flora-fauna taman.

"Sebaliknya, bangunan ini menciptakan banyak pekerjaan tetap di sektor ritel, perhotelan, dan konstruksi. Dan ini bukan pekerjaan dengan upah minimum. Banyak pekerjaan konstruksi mendapat kompensasi senilai 100.000 dollar AS (Rp 1,1 triliun) hingga 200.000 dollar AS (Rp 2,3 triliun) per tahun. Gaji sebesar ini sangat bermanfaat untuk warga New York membangun kehidupan yang lebih baik," argumen Gary.

Namun St John menyangkalnya, bahwa masing-masing bangunan tersebut hanya memiliki 100 unit apartemen, tetapi yang menggunakan taman sebanyak 40 juta orang. Kehadiran konstruksi tersebut telah menyebabkan bangku-bangku taman Central Park, kosong. "Mereka tidak memanfaatkannya, karena di situ tidak nyaman. Mereka kedinginan. Sementara bangku lain yang terpapar sinar matahari justru diperebutkan. Mereka duduk sambil makan camilan," ujar John.

St John menambahkan, tidak hanya manusia yang merasa dirugikan. Pohon-pohon taman yang berada di sekitar gedung tidak tumbuh sempurna. Berbeda dengan pohon taman yang mendapat sinar matahari konstan. "Kehadiran konstruksi pencakar langit hanya akan membuat kita kedinginan dan taman mati," ujarnya.

Bagaimana dengan Jakarta? Masihkah ngotot untuk membangun pencakar langit tertinggi dan menumbangkan hegemoni Kuala Lumpur? Saat ini tengah dikembangkan supertall Thamrin Nine Tower dan Cemindo Tower. Jika kelak keduanya terbangun, maka akan menjadi tertinggi di Indonesia, dengan mengesampingkan pencakar langit lainnya yang belum memulai konstruksi seperti Signature Tower Jakarta dan Pertamina Energi Tower.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com