Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manila, Mimpi Buruk Kemacetan dan Kekumuhan...

Kompas.com - 10/04/2014, 11:16 WIB
Latief

Penulis

KOMPAS.com - Joshua Mercado sedang menunggu kereta api di ujung antrean yang mengular panjang di Stasiun Quezon Street Manila. Penantian kereta tersebut hanya satu bagian cerita dari lima jam perjalanannya sehari-hari.

"Semua yang saya lakukan adalah bangun, pergi bekerja, pulang, makan, lalu tidur," kata Mercado (24). 

Mercado mengaku setiap hari berangkat mulai pukul 4 pagi untuk perjalanan yang ditempuh menggunakan motor, kereta api, dan bus ke kantornya di Makati, salah satu pusat bisnis Manila.

"Itu jam-jam sibuk komuter dan kerusakan transportasi sering benar-benar membuat saya tertekan," katanya.

Komuter di Manila, Filipina, memang menjadi salah korban yang diabaikan pemerintah negara itu hingga satu dekade lamanya. Saat ini, Presiden Benigno Aquino sedang mencoba membalikkan keadaan dan meng-upgrade transportasi terbesar di ibukota itu sejak 1990-an.

Jes Aznar/Bloomberg Untuk mengatasi kemacetan dan melayani pertumbuhan jiwa tersebut, Aquino berencana menghabiskan setidaknya 15 miliar dollar AS untuk membantu Manila mengejar saingan regionalnya, seperti Jakarta dan Kuala Lumpur.
Memang, seperti data dipaparkan Bloomberg, kepadatan penduduk Asia semakin bertambah. Urbanisasi yang membawa lebih dari 1.700 banyak orang dalam sehari, akan bertambah satu miliar penduduk ke kota-kota di kawasan Benua itu dalam seperempat ke depan.

"Jika pemerintah gagal mengatasi kesenjangan infrastruktur, ini akan menjadi kota tak berpenghuni," kata Gil Hong Kim, Direktur Asian Development Bank Bidang Infrastruktur Berkelanjutan, dalam sebuah wawancara di Manila.

"Kemacetan lalu lintas akan menjadi mimpi buruk. Lebih banyak orang akan pindah ke daerah kumuh. Ini mengerikan dan peluang bisnis akan hilang," kata Kim.

Populasi melonjak

Berdasarkan analisis Belleville, yang berbasis di Illinois Demographia, populasi di Manila diprediksi meningkat menjadi lebih dari 30 juta pada 2025 mendatang, dari angka 22,7 juta saat ini. Dengan demikian, Manila akan menjadi daerah perkotaan terbesar ketiga di dunia setelah Tokyo dan Jakarta.

Untuk mengatasi kemacetan dan melayani pertumbuhan jiwa tersebut, Aquino berencana menghabiskan setidaknya 15 miliar dollar AS untuk membantu Manila mengejar saingan regionalnya, seperti Jakarta dan Kuala Lumpur.

Saat ini Kuala Lumpur dan Bangkok memiliki rencana menambah jalur rel lebih dari 100 kilometer panjangnya. Sementara itu, Jakarta terus memperbaiki fasilitas kereta api dan memperluas kapasitas Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai bandara tersibuk ketiga di Asia.

Aquino, yang akan mundur pada 2016 nanti, menjadikan infrastruktur sebagai salah satu fokus dan tujuan utama pembangunan. Ia berencana meningkatkan pengeluaran untuk pekerjaan umum sampai 5 persen dari PDB, sebagai patokan rasio Bank Dunia yang diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan memperkuat ekonomi.

Hal tersebut penting, mengingat Asian Development Bank sendiri memprediksi bahwa kota-kota di Asia rata-rata akan menambah sekitar 1,1 miliar penduduk antara tahun 2005 dan 2030, tak terkecuali Manila. Seperti halnya pertumbuhan ekonomi rata-rata Filipina yang meningkat cepat di atas 6 persen sejak 2010, yang sebelumnya kurang dari 4 persen pada dua dekade sebelumnya, orang kemudian berbondong-bondong ke ibu kota, yang menjadi tempat lebih dari sepertiga dari produk domestik bruto terkonsentrasi.

Manila adalah lautan bangunan rumah dan kumuh yang luasnya sekitar 640 kilometer persegi (250 mil persegi) dari tanah terjepit di antara Manila Bay ke barat dan Danau Laguna hingga Pegunungan San Mateo ke timur. Di tengah-tengahnya adalah beberapa gedung pencakar langit yang menandai bahwa itu adalah kawasan keuangan Makati, tempat bercokolnya HSBC Holdings Plc dan Citigroup Inc berkantor pusat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com