Dengan demikian, Jepang bergabung bersama kelompok negara-negara pengoleksi supertall lainnya. Sebelumnya terdapat Taiwan, Malaysia, China, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Amerika Serikat, Kuwait, Rusia, Vietnam, Inggris, Korea Selatan, Korea Utara, dan Thailand.
Abeno Harukas, nama gedung tersebut, dibangun oleh Kintetsu Corp yang merupakan perusahaan operator kereta api. Mereka menghabiskan dana sebesar 1,3 miliar dollar AS (Rp 14,8 triliun) selama 4 tahun masa konstruksi. Ketinggian Abeno Harukas mematahkan rekor dan melampaui Landmark Tower di Tokyo yang mengangkasa 296 meter.
Kintetsu merancang gedung tersebut sebagai properti multifungsi. Di dalamnya terdapat hotel mewah dengan operator Marriott International, perkantoran, dan resor kasino yang mencakup 60 lantai.
Ketergantungan Jepang pada komuter yang melaju setiap hari dengan moda transportasi berbasis rel meyakinkan operator kereta api untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur skala besar dan membangun pencakar langit seperti Abeno Harukas ini.
Kendati gedung ini sukses secara konstruksi, kemampuan mendorong aktivitas bisnis lebih agresif masih diragukan. Menurut para analis, Osaka harus mencoba menjadi kawasan ekonomi khusus yang dapat menciptakan peluang bisnis baru.
Ruang-ruang kantor Abeno Harukas sendiri telah tersewa sepenuhnya. Tetapi, sebagian besar penyewa berasal dari daerah sekitar Osaka. Satu di antaranya adalah perusahaan elektronik terkemuka, Sharp, yang akan memindahkan beberapa staf penjualannya ke gedung baru ini.
Untuk diketahui, pertumbuhan populasi di Osaka telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir. Data aktual menyebutkan, jumlah populasi wilayah metropolitan Osaka-Kobe diperkirakan hanya mencapai 11,3 juta jiwa pada 2015, sama seperti tahun 2005.
Jumlah penduduk tersebut berada di peringkat 19 terbanyak di dunia setelah Beijing, Manila, Kairo, dan Lagos. Sementara jumlah penduduk metropolitan Tokyo meningkat menjadi 35,5 juta, dan menempatkannya menjadi megapolitan terbesar secara global.
Namun begitu, menurut Bank Dunia, Osaka masih memiliki kans untuk terus tumbuh dan menarik lebih banyak lagi perusahaan kaliber internasional masuk ke kota ini. Pasalnya, Osaka mencatat angka product domestic bruto (PDB) senilai 655 miliar dollar AS (Rp 7.494 triliun), jauh lebih besar dari PDB Swiss.