Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teliti... Jangan Tertipu Pengembang "Nakal"!

Kompas.com - 02/02/2014, 10:10 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesiapan finansial dalam membeli properti saja rupanya tidak cukup. Ketelitian dan kepedulian Anda sebagai calon konsumen properti adalah kunci yang mampu melindungi Anda dari penipuan dan kerugian, terutama dari para "pengembang nakal".

Istilah "pengembang nakal" semakin sering terdengar di telinga. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghada dalam siaran persnya. Selasa (28/1/2014) lalu. bahkan menyatakan bahwa oknum pengembang tersebut tidak hanya membangun rumah tanpa mengindahkan peruntukkan, namun juga membuat keamanan tidak terjamin. Misalnya, dengan alpa membangun sistem drainase yang memadai.

Ihwal hal itu, Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Eddy Ganefo mengaku tidak acuh membiarkan masalah ini. Dihubungi KOMPAS.com  Jumat (31/1/2014) sore, Eddy mengaku pernah mendapat keluhan dari calon pembeli properti. Beruntung, perusahaan properti yang dikeluhkan bersedia memperbaiki kesalahannya tanpa perlu diberikan Surat Peringatan.

Eddy juga mencoba menenangkan calon pembeli properti di masa mendatang dengan memastikan perusahaan yang tergabung di dalam APERSI akan selalu diawasi. Calon konsumen pun bisa secara langsung mengadukan masalah yang dihadapinya secara lisan pada pengurus.

Namun, sebelum masalah menjadi besar dan menyangkut kepentingan banyak pihak, Anda pun bisa mempertimbangkan pilihan dengan baik terlebih dahulu. Tidak ada salahnya teliti sebelum membeli, apalagi membeli properti. Berikut ini beberapa pertimbangan yang bisa Anda renungkan:

Rekam jejak

Pertama, jangan hanya tergiur dengan keindahan gambar digital ilustrasi properti di brosur, serta janji-janji yang tertera di sana. Pastikan sarana dan prasarana yang disebut benar-benar tersedia.

Cari dan pertimbangkan rekam jejak pengembang yang menjual properti tersebut. Perhatikan bagaimana mereka memperlakukan pembeli sebelum transaksi, sesudah, dan ketika menghuni unit properti. Perhatikan bagaimana produk yang mereka hasilkan sebelumnya. Selain itu, pertimbangkan kasus-kasus yang santer terdengar di berita menyangkut properti buatan mereka.

Permainan kata

Kedua, berhati-hatilah pada permainan kata. Usahakan Anda menyederhanakan sendiri kata-kata yang dilontarkan pihak marketing pengembang. Contoh mudahnya, penyebutan "apartemen" dan "rusun". Keduanya sama-sama hunian vertikal, namun salah satunya terkesan lebih mewah.

Penyebutan "apartemen" tidak akan ada artinya jika gedung Anda terlalu padat, hanya satu elevator tersedia untuk melayani ribuan penghuni, dan gedung itu tidak memenuhi standar preventif bencana.

Rencana ke depan

Ketiga, cobalah jeli melihat rencana pembangunan di masa depan. Ketika Anda membeli salah satu unit apartemen atau rumah tapak, sekeliling Anda mungkin masih kosong dan sinar matahari bisa dengan mudah masuk ke dalam rumah. Jika tidak jeli melihat rencana pembangunan, lima atau sepuluh tahun kemudian, bisa jadi sekeliling unit yang Anda miliki sudah penuh bangunan dan rumah Anda tidak punya akses pada sinar matahari.

Nilai properti

Keempat, pertimbangkan nilai properti tersebut di masa depan. Pertimbangkan potensi lokasi, kehadiran sarana dan prasarana umum setempat, hingga ketersediaan pasar, baik itu jika Anda ingin menyewakan rumah atau menjualnya kembali. Tidak hanya bisa dijual, alangkah baiknya jika nilai properti Anda bertambah.

Sumber: businesstoday.intoday.in

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com