KOMPAS.com — Nama sosialita asal Rusia, Dasha Zukhova, baru-baru ini santer terdengar di seluruh penjuru dunia karena sebuah kursi. Berbeda dari Ludwig Mies van der Rohe yang dipuja dunia berkat kursi karyanya, Zukhova justru mendapat kecaman, bahkan tuduhan sebagai rasialis.
Pasalnya, sebuah foto yang diunggah Buro247 menampilkan sang sosialita duduk di atas kursi berbentuk seperti perempuan berkulit hitam. Foto tersebut tampil dalam sebuah wawancara dengan sang sosialita.
Artikel ini segera mendapat tanda tanya besar dan "disambut" dengan berbagai artikel tandingan. Salah satu artikel yang mempertanyakan aksi Zukhova tersebut berasal dari
Fashionbombdaily.com dan dibuat oleh editor Claire Sulmers.
Sulmers menyayangkan keputusan memublikasikan artikel beserta foto tersebut tepat pada peringatan Hari Martin Luther King, hari ketika penduduk dunia dapat mengenang kembali pesan Dr King yang mengedepankan hak sipil dan kesetaraan.
"Selamat Hari Martin Luther King! Ketika kita berhenti sejenak untuk merefleksikan pesan Dr King atas hak sipil dan kesetaraan, kita harus berhadapan dengan realita ketidakpedulian zaman modern dan insensitivitas ras," ujar Sulmers dalam artikelnya.
Dalam artikel tersebut, dia juga mengungkapkan bahwa Zukhova seolah memberikan pesan dominasi dan superioritas kulit putih. Hal ini tampak disampaikan dengan cara yang begitu tenang, tetapi sangat merendahkan martabat.
Jules Wilson dari Huffington Post, seperti dikutip dalam Dezeen, juga berbagi pendapat dengan Sulmers. "Kami dipenuhi rasa marah dan frustrasi atas serangan citra negatif, pengabaian dan rasa fanatik tidak tahu malu yang berlanjut secara konsisten mewabah dalam industri fashion," tulisnya.
Namun, tidak semua pihak berpendapat serupa. Zukhova sendiri berpendapat bahwa foto tersebut dipublikasikan sebagai karya seni, dan dia tidak mengakomodasi tindakan yang merendahkan jender tertentu atau ras tertentu dalam ranah politik.
"Saya sangat membenci rasisme, dan saya ingin memohon maaf kepada siapa pun yang telah tersinggung dengan gambar ini," ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Kursi unik, potret satir geliat zaman
Zukhova tidak sendirian.
The Guardian pun memublikasikan artikel yang bermaksud menjelaskan bahwa kursi karya Bjarne Melgaard telah disalahartikan. Melgaard adalah seniman kelahiran Norwegia yang kini berbasis di New York. Dia adalah kreator kursi kontroversial tersebut.
Kursi itu tampak seperti perempuan berkulit hitam yang diikat, berbaring pada punggungnya, dengan mengangkat kedua kaki, dan membiarkan sepatu bot berhak tingginya menjadi sandaran.
Meski mengundang kecaman, bahkan tuduhan rasisme, kursi tersebut tidak berbicara tentang rasisme. Seperti dikutip dalam
The Guardian, kursi tersebut ternyata merupakan paparan kikuk dari hasil karya seni budaya populer. Seolah, karya tersebut memohon untuk disalahpahami.
Sebetulnya, karya ini bukan yang pertama mengeksploitasi tubuh perempuan. Karya yang hampir serupa pernah dibuat oleh Allen Jones pada tahun 1969. Hanya, Jones membuat kursi tersebut "dengan" perempuan berkulit putih.
"Sifat menyinggung dalam karya seni sering kali merupakan cara untuk membuat ketidakadilan menjadi satir. Namun, karyaprovokatif ini telah secara naif dimasukkan dalam budaya populer pada era Twitter.
Default mode budaya populer saat ini adalah merekam selebriti, lalu mengolok-olok mereka. (Ini juga) rasialis!" ujar artikel
The Guardian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.