Menurut Ano, luas wilayah kota Cirebon saat ini yang hanya 40 kilometer persegi. Dengan demikian, terlalu kecil bagi Cirebon mengakomodasi pertumbuhan bisnis, perdagangan, jasa, hunian, komersial, atraksi hiburan dan budaya serta kehidupan sosial lainnya yang cenderung menunjukkan tren dinamis.
"Kota Cirebon membutuhkan wilayah lebih luas lagi agar pertumbuhan yang terjadi lebih dari yang bisa dicapai saat ini. Reklamasi merupakan jalan keluar mengatasi keterbatasan lahan. Kami telah menghitung, biaya pengadaan lahan baru melalui reklamasi jauh lebih murah ketimbang mengakuisisi lahan darat di sekitar wilayah Cirebon," papar Ano.
Lebih lanjut Ano menjelaskan, jika mengakuisisi lahan darat, maka biaya yang harus dikeluarkan akan lebih tinggi. Saat ini saja, harga lahan di luar pusat bisnis (central business district/CBD) Cirebon atau sekitar Jl Siliwangi, sudah menembus angka Rp 10 juta per meter persegi.
"Oleh karena itu, kami memutuskan untuk membuat rencana jangka panjang membangun lahan reklamasi. Studi kelayakan sedang dilakukan, termasuk potensi ke depan, alokasi anggaran, payung hukum, dan juga skema kerja sama dengan investor. Kami secara terbuka mengundang investor untuk berpartisipasi membangun kota baru ini," tandas Ano.
Nantinya, lanjut Ano, peruntukan lahan reklamasi ini akan dimanfaatkan sebagai hunian, perkantoran, apartemen, hotel, pusat belanja, pertokoan, arena hiburan, obyek wisata dan lain sebagainya. Ia menawarkan insentif bagi para investor yang mau bekerjasama membangun kota baru ini berupa kemudahan-kemudahan perizinan.
Untuk diketahui, Kota Cirebon sendiri berada pada posisi strategis, dengan aksesibilitas dan kondisi infrastruktur memadai. Selain itu, kota udang ini memiliki warisan kekayaan budaya dan kuliner, yang menjadi magnit kuat bagi para investor.
Sayangnya, potensi tersebut belum dieksplorasi secara maksimal Sehingga pertumbuhan ekonomi masih berkutat di angka 3,28 persen. Tak heran, Cirebon sebagai kota terbesar kedua di Jawa Barat belum menjadi opsi investasi utama para pengembang. Namun, jika rencana reklamasi terealisasi, bukan tidak mungkin Cirebon dapat menyalip Bandung sebagai kota utama di Jawa Barat.
"Cirebon punya semua potensi untuk menjadi destinasi utama bisnis dan wisata. Kota ini dilintasi transportasi darat, laut dan juga kelak udara bila Bandara International Kertajati beroperasi. Kami akan menjajaki kemungkinan berinvestasi di lahan reklamasi tersebut," tandas Presiden Direktur PT Metropolitan Land Tbk (Metland), Nanda Widya.
Metland sendiri bersama Deta Group sudah menanam investasi di kota ini senilai Rp 40 miliar di luar lahan guna membangun Metland Hotel Cirebon sebanyak 98 kamar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.