KOMPAS.com - Pusat Pendidikan (Education Center) Nyaza ini berada di antara Kota Kigali dan Butare, Rwanda. Setidaknya, ada lebih dari setengah juta
batu bata buatan tangan digunakan untuk membuat fasilitas tersebut oleh firma arsitektur dari Jerman, Dominikus Stark Architekten.
Batu bata yang digunakan merupakan salah satu fitur paling menarik dari fasilitas ini. Setiap batu bata dibuat oleh pengrajin lokal dengan ukuran 200 x 100 x 62mm. Selain batu bata, fasilitas ini juga menggunakan baja, anyam-anyaman, dan papirus.
www.dezeen.com Semua jendela dalam kompleks bangunan ini mengarah ke lapangan yang ada di tengah-tengah. Sementara, kompleks ini tampak seperti benteng dari luar. Satu-satunya fasad terbuka ke dunia luar adalah kafe internet di sebelah selatan pintu masuk kompleks ini.
Pengarahan awal pembangunan pusat pendidikan ini sebenarnya hanya untuk memberikan penambahan dari bangunan eksisting. Program kemudian berekspansi dan menuntut Dominikus Stark Architekten membuat bangunan cukup besar untuk mengadakan berbagai proyek pendidikan. Tujuannya sederhana, di tempat baru tersebut, kegiatan belajar-mengajar dalam bentuk apa pun bisa dilaksanakan.
"Kompleks ini, dalam analogi pada tradisi bangunan lokal, seolah ditata menyerupai batu besar dalam lanskap," ujar Dominikus Stark dalam Dezeen.
www.dezeen.com Semua jendela dalam kompleks bangunan ini mengarah ke lapangan yang ada di tengah-tengah. Sementara, kompleks ini tampak seperti benteng dari luar. Satu-satunya fasad terbuka ke dunia luar adalah kafe internet di sebelah selatan pintu masuk kompleks ini.
Semua jendela dalam kompleks bangunan ini mengarah ke lapangan yang ada di tengah-tengah. Sementara, kompleks ini tampak seperti benteng dari luar. Satu-satunya fasad terbuka ke dunia luar adalah kafe internet di sebelah selatan pintu masuk kompleks ini. Di dalam kompleks terdapat perpusatakaan, laboratorium bahasa, tiga ruang kelas, dan sebuah ruang administrasi.
Uniknya, "benteng" ini memiliki pintu masuk yang relatif ringkih dan sangat simbolis. Pintunya dibuat dari lembaran tipis papirus.
"Pekerja setempat memberikan bangunan ini keanggunan sederhana dan mengkombinasikan berbagai elemen dari komples ini hingga membentuk sebuah unit yang kuat dan jelas," imbuh Stark.
www.dezeen.com Setidaknya, ada lebih dari setengah juta batu bata buatan tangan digunakan untuk membuat fasilitas tersebut oleh firma arsitektur dari Jerman, Dominikus Stark Architekten.
Fasilitas ini juga memiliki ruang makan yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari acara bincang-bincang, pesta, hingga upacara pernikahan. Semuanya dirangkum dalam area seluah 2.400m2. Konstruksi bangunan hanya menggunakan area seluas 1.000m2.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.