Sementara itu, hingga Oktober 2013, pasca-terbitnya ketentuan loan to value (LTV) baru, porsi KPR tipe kecil juga masih mendominasi. KPR tipe di atas 70 meter persehi menyusul kemudian. Bahkan, untuk kali pertama sejak Juni 2013, pertumbuhan nominal KPR tipe 22-70 mencapai Rp 31,8 triliun atau melebihi KPR tipe 70 senilai Rp 21,5 triliun.
Yang menarik, menurut Bank Indonesia, tingginya pertumbuhan KPR disertai juga dengan kenaikan indeks harga properti residensial di pasar primer pada kuartal II 2013. Kenaikan harga tertinggi dialami rumah kecil tipe 22 sampai 36 meter persegi sebesar 16,7 persen secara tahunan (year on year) ketimbang tahun sebelumnya. Adapun secara umum, kenaikan harga rumah mencapai 12,1 persen.
Kenaikan harga tinggi tersebut antara lain didorong oleh tingginya permintaan terhadap perumahan baik untuk rumah tinggal ataupun sebagai instrumen investasi.
BI menilai, kenaikan harga yang cukup tinggi dikhawatirkan dapat memicu instabilitas keuangan apabila terjadi gagal bayar oleh masyarakat yang memanfaatkan jasa lembaga keuangan sebagai sumber pembiayaan dalam pembelian properti.
Namun, menurut CEO Margahayu Land yang juga Sekjen DPP REI, Hari Raharta Sudrajat, pertumbuhan porsi KPR dan kenaikan harga rumah di bawah 70 meter persegi justru masih dalam taraf normal.
"Yang membeli rumah di bawah tipe 70 itu kan didominasi oleh pengguna akhir. Jadi, masih wajarlah kenaikan harga tersebut," imbuh Hari.
Bahkan, lanjutnya, pertumbuhan akan kian melesat bila regulator juga mendukung bisnis ini, berupa pemberian insentif yang memicu produksi rumah terus tumbuh. Masalah pembiayaan pun seharusnya diberi kelonggaran untuk menjaga dan mempertahankan agar sektor ini tetap positif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.