Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Perumahan Masih Jadi Idola di Tangerang

Kompas.com - 05/10/2013, 21:07 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai salah satu pengembang yang menancapkan bisnis di wilayah Kota Tangerang, Managing Director Urban Development PT Modernland Realty Tbk, Andy K. Natanael, mengklaim bahwa banyak pengembang mempunyai lahan besar yang akan dikembangkan di kota itu. Rata-rata pengembang di Kota Tangerang mempunyai lahan di atas 200 hektar.

"Sehingga memudahkan pengembangan infrastruktur daerah dibandingkan dengan daerah penyangga lainnya yang banyak developernya," ujar Andi kepada Kompas.com di sela penjualan perdana klaster Garcia, di Jl Jend. Sudirman, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (5/10/2013). 
 
Andi mengatakan, kondisi faktual infrastruktur Kota Tangerang sangat baik, terutama dengan banyaknya jalan tol yang menghubungkan daerah ini. Selain itu, lanjut dia, masih ada jalan arteri atau jalan provinsi yang semakin diperbesar.

Untuk itulah, Andi mengaku optimistis, Modernland tetap menjadikan kota ini sebagai potensi tersendiri, terutama untuk produk residensial. Akhir tahun ini saja, Modernland masih meluncurkan produk barunya, klaster Garcia. Dengan jumlah sangat terbatas, hanya 75 unit, klaster ini dibangun di atas lahan seluas 1,26 hektar yang menelan investasi sebesar Rp 120 miliar.

"Untuk daerah Tangerang, rumah tapak atau landed house masih tetap yang utama digandrungi. Tadinya memang ruko. Namun, belakangan berubah ke rumah. Kalau apartemen belum terlalu digandrungi di sini. Kalaupun ada, yang beli beli masih belum yakin. Sebab kalau mau beli apartemen, lebih baik ke Jakarta," kata Andy.

Dia mengaku, antusiasme masyarakat Kota Tangerang masih baik terhadap properti residensial. Pasalnya, seperti klaster Garcia di perumahan Kota Modern ini, masih memiliki banyak keunggulan.

"Pertama, lokasinya di area pengembangan lama, yakni di blok GQ, persis bersebelahan dengan klaster Havana. Karenanya sejumlah rumah yang sudah terbangun di blok tersebut akan dikembangkan agar suasana lingkungannya menjadi lebih indah dan nyaman," katanya.

Soal harga, yang disebutnya sebagai keuntungan kedua, masih sangat reasonable. Rumah dua lantai bergaya modern kontemporer dengan 3 pilihan tipe, yakni tipe 81/104, 165/120, dan 202/180 dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 1,2 miliar hingga Rp 3 miliar.

"Agar konsumen cepat menikmati keuntungan investasi dari kenaikan harga yang tumbuh alamiah, tidak meloncat-loncat," ujar Andy. 

Karena harga yang kompetitif, kata Andy, peluang harga naik sangat besar. Apalagi jika dikaitkan dengan pasca kenaikan harga BBM saat ini, yang juga akan berdampak pada kenaikan harga bahan bangunan.

"Tentu, itu akan berpeluang bagi kenaikan harga rumahnya pada 3 atau 4 bulan mendatang," ujarnya.

Seleksi konsumen

Saat ini, lanjut Andy, adalah saat tepat untuk melakukan pembelian rumah di Kota Tangerang. Sebagai gambaran, saat klaster Havana dipasarkannya pada 2010, harganya masih di kisaran Rp 400 juta. Kini, harga rumah sekennya sudah Rp 1,2 miliar. 

"Itu pun jarang yang menjual. Konsumen memilih tetap menghuni sambil menunggu harga lebih tinggi. Karena jumlah unitnya terbatas, saat konsumen hendak menjual rumahnya jadi mudah," kata Andy.

Dia mengungkapkan, untuk menghindari rumah di Kota Modern menjadi objek para spekulan, Modernland menyeleksi konsumen yang mau membeli, mulai dari pre-launching maupun saat diluncurkan. Andy mengatakan, pihaknya berupaya memberikan prioritas kepada mereka yang betul-betul membutuhkan hunian.

"Demikian juga kalau mau memasarkan ruko. Ini agar konsumen memiliki peluang tinggi menikmati investasi dari kenaikan harga, sehingga ruko diprioritaskan kepada mereka yang betul-betul menggunakannya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com