Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Bangun Pencakar Langit dari Kayu?

Kompas.com - 24/07/2013, 15:36 WIB
Tabita Diela

Penulis


KOMPAS.com
— Awal bulan ini, arsitek Michael Green menyampaikan kuliah umum dengan topik menarik. Green mencoba "mengawinkan" kultur pembangunan gedung-gedung pencakar langit di kota-kota besar dengan sumber daya yang sebenarnya terbarukan tetapi kerap disepelekan, yaitu kayu. Ia melontarkan pertanyaan sederhana, "Mengapa ketinggian bangunan-bangunan yang terbuat dari kayu hanya beberapa lantai, sementara kayu di alam bebas tinggi luar biasa?"

Menurut Green, kayu berasal dari pepohonan yang tumbuh karena tenaga matahari. Selama usianya, pepohonan memberikan oksigen bagi makhluk hidup di sekitarnya, sembari menyimpan karbon dioksida. Karbon dioksida tersebut dibebaskan ketika pohon tumbang dan mengalami dekomposisi. Dengan membuat bangunan dari kayu, kayu tidak perlu terurai dan mengeluarkan karbon dioksida.

Membangun gedung dengan kayu, menurut Green, dapat mengurangi karbon dioksida. Apalagi, ternyata satu meter kubik kayu menyimpan satu ton karbon dioksida. Di samping kenyataan ini, ada alasan lain di balik pemikirannya. Green mengatakan, selama satu abad belakangan ini, gedung-gedung pencakar langit telah menggunakan baja dan beton. Padahal, emisi gas rumah kaca dari kedua material ini begitu besar.

Ia mencatat, tiga persen gas rumah kaca dihasilkan dari proses pembuatan baja, sementara lima persen gas rumah kaca dihasilkan dari proses pembuatan beton. Ia menekankan, banyak orang menyalahkan kendaraan bermotor sebagai penghasil polusi terbesar, padahal sebenarnya peringkat pertama penghasil polusi adalah bangunan. Di Amerika Serikat, emisi karbon dioksida dihasilkan 47 persen dari bangunan, 33 persen dari transportasi, dan 19 persen dari industri.

Menariknya, dalam kuliah umum tersebut, Green sempat menyebutkan mengenai tingginya jumlah kebutuhan hunian bagi penduduk dunia. Tidak heran, jumlah terbanyak ditempati oleh pembangunan untuk hunian maupun kebutuhan lain. Kebutuhan dunia akan tempat tinggal kini berhadapan langsung dengan perubahan iklim.

Jika kayu terbukti ramah lingkungan, lantas apa yang membuat publik enggan memanfaatkannya sebagai bahan utama untuk gedung-gedung pencakar langit?

Green menggarisbawahi "kayu" yang ia maksud. Ia tidak dengan naif ingin membangun gedung dari kayu-kayu gelondongan. Ia menjelaskan, teknologi pengolahan kayu dari budidaya kayu cepat (rapid growth trees) menjadi panel-panel produksi massal (mass timber panel).

Kedua, masalah kebakaran. Menurut Green, panel kayu memiliki partikel yang sangat rekat dan tidak menjalarkan api dengan mudah. Sama halnya dengan log kayu yang sulit dibakar. Ketika terbakar pun, api menjalar perlahan dan arah jalar pun tertebak. Skema pencegahan api dapat diterapkan dengan efektif.

Ketiga, masalah deforestasi. Green memperkenalkan sistem penebangan kayu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ia mengatakan, di Amerika Utara, setiap 13 menit kayu tumbuh bagi gedung 20 lantai. Ini cara baru pertama membuat gedung pencakar langit dalam 100 tahun belakangan atau lebih.

"Saya ingin melihat momen Eiffel Tower. Merancang bangunan (kayu) merupakan bagian termudah. Mengubah skala imajinasi, hanya alam yang mampu melakukannya," ujar Green.

Selain menjadi pembicara dalam TED, Michael Green merupakan anggota Royal Architectural Institute of Canada. Dia juga menjabat sebagai principal pada firma arsitektur Michael Green Architecture.

Nama Michael Green tidak asing bagi telinga publik lantaran telah menerima berbagai penghargaan dari bangunan, instalasi seni publik, desain interior, desain lanskap, serta rancangan lingkungan kota. Reputasinya tersebut telah menggiringnya menggawangi berbagai proyek internasional, seperti bandara, gedung pencakar langit, Vancouver’s Ronald McDonald House, Vancouver City Hall, serta berbagai proyek lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Penjelasan Nusron soal Kontroversi Pembatalan Sertifikat Milik Aguan di Laut Tangerang

Penjelasan Nusron soal Kontroversi Pembatalan Sertifikat Milik Aguan di Laut Tangerang

Berita
Sertifikat Elektronik Dianggap Tak Aman, Nusron: Sistem Keamanannya Berlapis

Sertifikat Elektronik Dianggap Tak Aman, Nusron: Sistem Keamanannya Berlapis

Berita
Terkendala Cuaca dan Material, Bendungan Meninting Kelar Maret 2025

Terkendala Cuaca dan Material, Bendungan Meninting Kelar Maret 2025

Berita
Mal Terbesar di Timur Bekasi, Living World Grand Wisata Resmi Dibuka

Mal Terbesar di Timur Bekasi, Living World Grand Wisata Resmi Dibuka

Ritel
Tanah Eks BLBI Karawaci Mau Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah

Tanah Eks BLBI Karawaci Mau Dimanfaatkan untuk Program 3 Juta Rumah

Berita
Nusron Bantah Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut, Ini Penjelasannya

Nusron Bantah Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut, Ini Penjelasannya

Berita
Revitalisasi Stadion Maguwoharjo Diklaim Sesuai Standar PSSI dan FIFA

Revitalisasi Stadion Maguwoharjo Diklaim Sesuai Standar PSSI dan FIFA

Fasilitas
Menurut Fengsui, Ini Cara yang Tepat Menempatkan Jam Dinding di Rumah

Menurut Fengsui, Ini Cara yang Tepat Menempatkan Jam Dinding di Rumah

Tips
Klarifikasi Nusron Wahid: Tidak Benar Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut

Klarifikasi Nusron Wahid: Tidak Benar Sertifikat Milik Aguan Batal Dicabut

Berita
Pilihan Rumah Subsidi di Pekalongan: Mulai Rp 130 Juta

Pilihan Rumah Subsidi di Pekalongan: Mulai Rp 130 Juta

Perumahan
Cocok untuk Milenial dan Gen Z, Springhill Yume Green Tawarkan Hunian Modern dan Terjangkau

Cocok untuk Milenial dan Gen Z, Springhill Yume Green Tawarkan Hunian Modern dan Terjangkau

Hunian
Rumah Impian di Kabupaten Brebes, Harga Tak Sampai Rp 200 Juta

Rumah Impian di Kabupaten Brebes, Harga Tak Sampai Rp 200 Juta

Perumahan
Hingga Februari 2025, Konstruksi Tol Probolinggo-Besuki 75,53 Persen

Hingga Februari 2025, Konstruksi Tol Probolinggo-Besuki 75,53 Persen

Berita
Pengembang Pusing, Isu Pemberian Rumah Gratis Bikin Akad KPR Tertunda

Pengembang Pusing, Isu Pemberian Rumah Gratis Bikin Akad KPR Tertunda

Berita
Berapa Banyak Tempat Sampah yang Harus Ditempatkan di Rumah?

Berapa Banyak Tempat Sampah yang Harus Ditempatkan di Rumah?

Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau