Head of Research & Advirosy Cushman and Wakefield Arief Rahardjo mengatakan, sejatinya, fenomena tersebut sudah berlangsung lama. Namun, saat booming properti seperti ini, semakin menjadi.
"Tidak diketahui pasti dan belum ada data resmi, berapa banyak dana investor individu dan institutional fund yang masuk ke sektor properti. Satu yang pasti, praktik pemanfaatan dana investasi tersebut kian menggejala. Biasanya dana tersebut digunakan untuk proyek-proyek skala besar," ujar Arief kepada Kompas.com, di Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Kondisi aktual pasar properti Indonesia memang menarik minat para investor. Selain menawarkan keuntungan dan imbal hasil tinggi, juga potensi pertumbuhan harga yang terus melaju dengan pencapaian maksimal.
CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, mengatakan banyak investor baik asing maupun domestik yang ingin menjadi pengembang melalui penyediaan dana murah. Mereka menempuh mekanisme kerjasama dengan pemilik lahan (land lord) untuk membangun properti.
"Beberapa proyek prestisius eksisting maupun sedang dalam konstruksi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, menggunakan dana yang disediakan investor dan institutional fund tersebut. Komposisinya bahkan ada yang mayoritas dibanding dana konsumen, atau pinjaman bank. Dana seperti ini relatif murah dan mudah diakses," ungkap Hendra.
Praktik pemanfaatan dana investasi tersebut seolah bertolak belakang dengan hasil survei Bank Indonesia (BI). BI mengungkapkan survei di 14 kota di Indonesia, sebanyak 53,56 persen pengembang menggunakan dana internal perusahaan sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan properti. Disusul dana perbankan 31,97 persen, konsumen 9,09 persen, dan lembaga keuangan non bank 3,17 persen dan lain-lain 2,21 persen.
Hendra menganggap penggunaan dana investasi tersebut, apalagi asing yang dibawa ke Indonesia, sangat positif. Hanya, perlu disadari bahwa berinvestasi di sektor properti bukan jangka pendek. Melainkan jangka menengah dan panjang.
"Investasi di properti tidak seperti investasi di pasar saham yang bisa menarik dana dengan cepat. Butuh waktu dan kreatifitas juga," imbuh Hendra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.