KOMPAS.com - Keberadaan rayap umumnya baru diketahui ketika kerusakan sudah terjadi. Untuk itu, kenali sejak dini gejalanya dan tanggulangi segera sebelum kerusakan semakin parah.
Jangan terkecoh dengan tubuh rayap yang kecil, karena masalah besar bisa diciptakannya. Saat rayap melancarkan aksinya, kerugian besar bisa terjadi. Bangunan yang tadinya kuat dan megah pun bisa dibuatnya rubuh.
Ada beberapa cara pengendalian rayap bisa Anda lakukan, yaitu pengendalian saat rayap belum muncul (pengendalian prakonstruksi) dan pengendalian ketika rayap sudah menyerang (pengendalian pascakonstruksi). Pengendalian pascakonstruksi ini terdiri dari penyemprotan, pengumpanan dan pengendalian hayati.
Yudi Rismayadi, peneliti rayap dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan, untuk melakukan kedua teknik pengendalian ini dibutuhkan tenaga ahli bersertifikat. Jasa tenaga ahli ini bisa didapat melalui penyedia jasa pest control yang sudah mendapat izin dari Dinas Kesehatan.
Mengapa harus ahlinya? Penggunaan termitisida yang sembarangan dapat menimbulkan risiko keracunan dan tercemarnya lingkungan. Termitisida merupakan bahan kimia atau jasad renik yang digunakan untuk memberantas dan mencegah serangan rayap.
Yudi mengungkapkan, termitisida memiliki residu bahan aktif yang mampu bertahan lama dalam partikel tanah. Sifat tersebut diperlukan untuk memberikan efek perlindungan lama terhadap rayap.
Pada masyarakat umum, termitisida ini dikenal dengan merek dagang seperti Premise, Wazary, Biflek, Leman, Cypergard, atau Baselium. Untuk mengetahui bahan aktifnya dapat dilihat pada label kemasan termitisi. Jika Anda sudah mendapati rayap menggerogoti bangunan rumah, maka teknik pengendalian pascakonstruksi yang harus Anda pilih.
Sementara itu, pada sistem pengendalian pascakonstruksi bisa dilakukan dengan tiga metode. Ketiga metode itu meliputi:
1. Penyemprotan
Metode ini hampir mirip dengan teknik prakonstruksi, baik dari segi zat maupun alat yang digunakan. Hanya, karena metode ini diaplikasikan pada bangunan yang sudah berdiri, diperlukan peralatan untuk mengebor lantai. Dalam pelaksanaannya, metode ini juga membutuhkan tenaga ahli dari pest control.
2. Teknik pengumpanan
Teknik pengumpanan memiliki pendekatan sangat berbeda dengan teknik injeksi maupun penyemprotan. Teknik ini bertujuan untuk menekan atau mengeleminasi koloni rayap tanah.
Pada teknik pengumpanan, zat kimia seperti mirek (chlorinated ketodechlorane) yang merupakan racun perut slow action dicampurkan dengan serbuk gergaji sehingga terbentuk menjadi pasta, dan kemudian diumpankan ke rayap tanah.
3. Pengendalian hayati
Metode ini memang belum pernah digunakan di Indonesia. Di beberapa negara, beberapa produk bahan hayati pengendali rayap yang dipasarkan secara komersial, seperti Bio-blast yang berbahan aktif jamur dan produk lain berbahan aktif nematode. Teknik hayati ini memang memanfaatkan nematode dan jamur.
Sebagai catatan penting, hal utama dari pengendalian rayap adalah perlunya keterlibatan seseorang yang memang profesional di bidang pest control. Hal ini agar pengendalian rayap yang dilakukan bisa lebih efektif dan maksimal. (RIVANIE NOVALIA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.