Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Dubai Punya "Megatall" Kedua?

Kompas.com - 02/05/2013, 15:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tersulut "bara" pergerakan Jeddah, Saudi Arabia, yang progresif terhadap proyek Kingdom Tower, Dubai mulai "memanas". Betapa tidak, jirannya itu sudah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk penyandang dana dan manajemen proyek senilai Rp 11,63 triliun. Jika bangunan setinggi 1 kilometer ini tuntas pengerjaannya pada akhir 2017, maka gelar menara tertinggi di dunia jatuh ke tangan Kingdom Tower. Ini artinya, Dubai yang memiliki Burj Khalifa setinggi 818 meter terpaksa harus bergeser posisi ke urutan kedua.

Rivalitas pun kian sengit antarnegeri Jazirah Arab itu. Pemimpin Emaar Properties Mohammed Alabbar yang mengembangkan Burj Khalifa tak sudi predikat terjangkung di dunia itu lepas begitu saja tanpa sedikit pun "perlawanan". Berbicara di Forum Bisnis Global Afrika, Alabbar menyatakan bahwa Emaar siap membangun sebuah menara lebih tinggi lagi dibanding Kingdom Tower.

"Kami akan mencoba membangun sesuatu yang lebih tinggi. Teknologi sangat membantu dalam merealisasikan kemungkinan-kemungkinan itu. Sedangkan secara ekonomis, gedung tinggi sangat tinggi nilai komersialnya. Kami belajar dari pengalaman bagaimana menciptakan uang dengan membangun gedung tinggi," ungkap Alabbar.

Untuk itu, segala cara pun ditempuh, termasuk berkonsultasi dengan Kingdom Real Estate Development yang notabene merupakan pengembang Kingdom Tower. Tak hanya itu, ia juga kerap berkomunikasi dengan perancang Kingdom Tower, Adrian Smith, yang juga merupakan arsitek dibalik kemegahan Burj Khalifa. Jadi sebetulnya ini merupakan sebuah persaingan yang "ramah".

CEO Kingdom Real Estate Development Talal Al Maiman mengatakan secara ekonomis "megatall" sangat masuk akal dibangun selain dapat mendatangkan keuntungan bagi pengembangnya juga membawa dampak positif terhadap kenaikan lahan dan properti di sekeliling proyek. Burj Khalifa dianggap berhasil, terutama pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Dengan membangun sebuah menara, maka akan terbangun juga hal-hal lainnya di luar itu.

Kendati tidak secara spesifik, Alabbar mengisyaratkan keseriusannya membangun satu lagi menara yang ketinggiannya dapat "menjungkalkan" Kingdom Tower. Sebetulnya, selain Emaar, terdapat satu lagi pengembang Dubai yang berniat mendirikan menara dengan ketinggian lebih dari 1 kilometer. Mereka adalah Nakheel. Namun, rencana tersebut dianulir saat pasar global terpuruk dan harga-harga properti jatuh ke titik terendah.

Emaar sendiri pernah merasakan dampak krisis. Aset-aset yang laris terjual, diserahkan kembali oleh konsumen dengan harapan mereka mendapatkan uang tunai. Bahkan hingga saat ini pun Emaar masih merasakan "kesusahan" itu. Mereka mengobral aset berupa vila-vila dengan harga separuhnya. Upaya ini sedikit banyak membantu mengembalikan harga properti ke posisi normal.

"Anda tidak akan pernah bisa menghentikan orang-orang yang membeli atau mengembalikan asetnya karena itu merupakan bagian dari bisnis. Tapi dengan teknologi yang kami punya, jika anda membeli dan mengembalikannya dalam waktu 30 hari kami tidak akan pernah mengijinkan anda untuk membeli aset kami lagi. Tapi tentu saja konsumen sangat pintar dan mereka membawa teman atau saudaranya untuk membeli di lain waktu. Jadi, sekarang kami memberlakukan sebuah aturan baru, jika anda ingin mengembalikan aset, kami meminta Anda untuk membayar dengan harga 10 atau 20 persen lebih tinggi," tukas Alabbar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau