Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arab Saudi "Pusing" Cari Lahan Rumah Murah

Kompas.com - 28/04/2013, 12:21 WIB

RIYADH, KOMPAS.com - Menteri Perumahan Arab Saudi mengatakan, tanah perkotaan yang tidak terpakai sebaiknya dialihfungsikan untuk membangun rumah, karena hal itu lebih dibutuhkan. Demikian laporan Arab News, Sabtu (27/4/2013).

Negara penghasil minyak dunia sekaligus kekuatan ekonomi terbesar di Arab tersebut berupaya membuat kebijakan perumahan dan tenaga kerja supaya memberi kemudahan bagi warga negara mereka untuk mendapatkan rumah tinggal dan pekerjaan di perusahaan swasta. Permasalahan kekurangan lahan di kota-kota besar telah menghambat upaya pembangunan 500 ribu rumah tinggal.

Sebuah proyek permintaan Raja Abdullah pada 2011, yang menurut sejumlah pengamat, sebagai salah satu langkah untuk menghindari penularan kerusuhan ala "Arab Spring". Warga-warga kaya Saudi telah membeli lahan-lahan perumahan di seantero negeri sebagai investasi jangka panjang. Hal ini menyebabkan naiknya harga dan membuatnya terlampau mahal bagi pengembang rumah masyarakat berpenghasilan rendah.

Di bawah sistem lama, terdapat plot lain berupa pemberian hibah tanah kepada warga yang tidak mampu mengembangkannya. Sebuah dekrit kerajaan yang dikeluarkan awal bulan ini memerintahkan kepada sejumlah kementerian untuk menyerahkan tanah mereka untuk dikembangkan Kementerian Perumahan.

"Perampasan properti untuk kepentingan publik dilakukan di berbagai belahan dunia. Kami mungkin melakukannya secara terbatas," kata Menteri Perumahan Shuwaish al-Duwaihi dalam sebuah wawancara dengan televisi yang dilaporkan harian Arab News.

Sejumlah tanah milik militer yang tidak digunakan juga akan digunakan untuk pembangunan rumah tinggal. Ia menambahkan. "Kami berkoordinasi dengan sektor militer untuk mengambil alih tanah mereka yang tidak dibutuhkan lagi," ujarnya. 

Rumah makin mahal

Data dari Pelayanan Komersial Korporasi Real Estat (CBRE) menyebut 60 persen dari 20 juta penduduk Arab Saudi masih tinggal di rumah atau apartemen sewaan. CBRE adalah sebuah perusahaan properti terbesar di dunia.

Menyewa rumah atau apartemen bukan perkara mudah bagi sebagian besar warga Saudi. Saat ini, harga sewa rumah kian hari kian mahal terutama di kota-kota besar.

Faisal Al-Dakheel (25), seorang warga Saudi yang baru saja menikah, mengeluhkan sulitnya mencari rumah kontrakan dengan harga yang terjangkau.

"Mustahil bagi saya untuk memiliki sebuah rumah. Bagaimana kami bisa mendapatkan uang sebesar 4,1 juta riyal (sekitar Rp 10,6 miliar) untuk membeli sebuah rumah. Padahal harga semahal itu adalah untuk rumah di pinggiran kota," kata Al-Dakheel.

Sehingga, lanjut Al-Dakheel, dia harus menyewa sebuah rumah yang harga sewanya juga tak bisa dikatakan murah. Dia harus mengeluarkan uang antara 60.000-80.000 riyal(Rp 155-200 juta) setahun, untuk menyewa sebuah apartemen di pusat kota Riyadh, di dekat tempat kerjanya.

"Tapi harga itu masih terlalu mahal bagi saya. Jadi saya harus menyewa rumah yang jauh dari tempat kerja dengan harga 26.000 riyal (Rp 67 juta) setahun," tambah Al-Dakheel.

Terdapat sejumlah masalah dalam sektor perumahan di Arab Saudi. Masalah utama adalah minimnya jumlah rumah, terus meningkatnya harga sewa rumah, spekulasi harga tanah, dan proses panjang untuk mendapatkan izin membangun.

Pekan lalu, Raja Arab Saudi Abdullah memerintahkan Kementerian Pemerintahan Daerah dan Pedesaan untuk menyerahkan sejumlah lahan yang sudah siap untuk dibangun kepada Menteri Perumahan. Nantinya, lahan itu akan diberikan kepada rakyat ditambah uang pinjaman untuk membangun rumah.

Diperkirakan terdapat 4 juta meter persegi lahan kosong hanya di kota Riyadh. Seperlima dari tanah kosong itu dimiliki para pengusaha yang menunggu harga menjulang baru kemudian menjual tanah mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com