Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SOHO dan "Loft", Inikah Instrumen Investasi Masa Depan?

Kompas.com - 18/04/2013, 17:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Apa yang belum ada di Jakarta? Segala hal tentang properti tersedia. Terminologi jenis-jenis properti baru pun kian menjamur seiring dengan pesatnya pertumbuhan sektor ini.

Dalam satu dekade terakhir, ruang publik semakin disesaki istilah-istilah superblok, miniblok dan mixed use development. Istilah properti konvensional seperti perumahan, apartemen dan pusat belanja digantikan oleh terminologi SOHO, loft dan townhouses.

SOHO dan loft adalah dua jenis konsep properti yang kembali dilirik oleh pengembang. Tingginya harga dan keterbatasan lahan kosong menjadi pendorong mulai beralihnya orientasi pengembang ke konsep ini.

Executive Director Agung Podomoro Land Veri Y Setiady mengungkapkan, membangun properti jenis SOHO yang berkonsep mixed use building jauh lebih menguntungkan.

"Return on investment-nya cepat, profit margin-nya pun lumayan," ungkapnya kepada Kompas.com, Kamis (18/4/2013).

Hal ini diamini Presiden Direktur Karya Cipta Sukses Selaras Marco Iswara. Menurut dia, SOHO dan loft adalah instrumen investasi yang memiliki prospek cerah hingga beberapa tahun mendatang.

"Tumbuhnya pebisnis-pebisnis pemula (start up company), melonjaknya jumlah kelas menengah, serta industri kreatif yang mulai melesat adalah potensi pasar yang terlalu penting untuk diabaikan," kata Marco.

Berdasarkan perspektif konsumen, baik SOHO maupun loft memudahkan dalam mengambil keputusan pembelian dua jenis properti sekaligus. Konsumen pun hanya harus membayar untuk satu harga.

Selain itu, rata-rata, lokasi tempat properti SOHO dan loft ini berada di pusat kota, dekat dengan pusat kegiatan. Dengan demikian, hal ini bisa memangkas jumlah waktu, ongkos transportasi, serta biaya lainnya yang harus dikeluarkan.

"Compact, dinamis, dan bisa dirancang sendiri denah ruangnya adalah faktor-faktor yang juga diperhitungkan oleh konsumen kelas menengah yang membutuhkan properti jenis ini," imbuh Veri.

Hitung saja, hanya dengan modal konstruksi Rp 300 miliar, bahkan 70 persennya "ditalangi" perbankan, KCSS bisa meraup keuntungan dengan hanya menjual 50 persennya saja dari total 168 unit. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com