Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anita Firmanti Memperjuangkan Peneliti Agar Dihargai

Kompas.com - 11/04/2013, 20:07 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Kepala Pusat Litbang Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum Anita Firmanti Eko Susetyowati tampak lelah seusai acara Kolokium dan peluncuran Hasil Litbang Bidang Permukiman 2013 di Bandung, Rabu (10/4/2013). Meski lelah, wanita kelahiran Pasuruan, Jawa Timur 15 Juni 1960 ini tetap menyambut Kompas.com dengan senyum lebar. Sesekali, tawa terdengar di antara ucapannya ketika ia berbagi cerita mengenai impian, target, dan pengalamannya.

"Yang pertama target hidup saya menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain khususnya masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. selain itu, memberikan kontribusi sesuai disiplin ilmu. Misalnya menciptakan bahan bangunan murah, berkualitas, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bisa diterapkan di daerah rawan gempa" ujar wanita yang akrab disapa Anita ini.

Obsesi lainnya adalah membawa institusi litbang menjadi sentra inovasi dan prime mover atau penggerak mula serta scientific backbone dari satu kegiatan pembangunan, baik itu pembangunan infrastruktur atau sektor lainnya. Menurutnya, Indonesia kaya sumber daya alam, lengkap dengan ketersediaan local wisdom. Sayangnya, negara ini belum mampu memiliki daya saing tinggi. Ada hal-hal yang perlu dikembangkan terus sehingga kita tidak menjadi bangsa yang membebek pada negara-negara maju lainnya. Bahkan kita bisa unggul ketimbang mereka. Hanya, keterbatasan riset, minimnya inovasi dan malasnya bergerak menjadi kendala besar yang menghalangi kemajuan.

Pendidikan Anak Buah

Anita merupakan tipe pemimpin yang ingin maju bersama anak buah. Ia mengharuskan bawahannya mengenyam pendidikan lebih tinggi. Kalau perlu sekolah doktor bahkan profesor riset. Supaya mereka memiliki kompetensi dan kapasitas yang mumpuni. Setidaknya dalam lima tahun kemudian, Puskim PU punya sumber daya yang lebih berkualitas.

Ia menambahkan, kini pihaknya tengah berjuang mendapatkan hak paten dan royalti untuk teknologi hasil kembangan mereka yang dipakai oleh pihak luar. Hasil royalti inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai beasiswa untuk pendidikan lanjutan anak buahnya. Namun, keinginan menyekolahkan anak-anak buahnya ini bukan tanpa masalah. Keluhan sering datang dari anggotanya yang kehilangan anggota tim untuk bersekolah. Akibatnya target pekerjaan yang ditetapkan belum bisa tercapai. "Kita masih kurang peneliti-peniliti yang berkualitas. Kita ingin mereka sekolah tinggi dan hasil penelitian mereka juga dihargai," tandas Anita.

Satu langkah lagi

Secara pribadi, pendidikan Anita sudah tergolong sangat tinggi. Saat ini ia tengah berusaha mendapatkan pangkat 4E dalam status kepegawaian. Pangkat tersebut merupakan pangkat tertinggi dalan hirarki pegawai negeri. "Saya sudah profesor riset, saya sudah 4E, setelah itu ya terserah pemerintah, saya masih digunakan atau saya dijadikan peneliti saja. Tugas saya sebagai peneliti adalah menciptakan rumah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia," tandas Anita.

Pada tahun 1978, Anita melanjutkan pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB hingga lulus tahun 1982 dengan skripsi berjudul Sifat Fisis-mekanis Kayu Lapis Struktural Meranti (Shorea sp). Pada tahun 1998, ia memperoleh gelar Master of Technology dari Program Studi Pembangunan, Institut Teknologi Bandung dengan thesis berjudul Pemilahan Kayu Secara Masinal Untuk Penyediaan Kayu Bermutu Konstruksi. Selanjutnya, pada tahun 2001 ia mulai mengikuti program JSPS Ronpaku di Faculty of Agriculture, Kyoto University, Jepang. Dari sana, ia memperoleh gelar doktor pada tahun 2005 dengan disertasi berjudul Fire Endurance of The Graded Timber and Wood Based Panels from Fast-Growing Species di bawah bimbingan Prof. Suichi Kawai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com