Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumahku, "Pemakamanku"....

Kompas.com - 15/02/2013, 23:16 WIB

KOMPAS.com — Seorang tunawisma telah tinggal di dalam taman pemakaman sejak 15 tahun lalu. Pria bernama Bratislav Stojanovic (43) ini berbagi tempat tinggal dengan sisa-sisa jenazah sebuah keluarga yang telah meninggal lebih dari 100 tahun lalu di Nis, Serbia.

Ide mengenai tinggal di dalam pemakaman, terlebih di dalam liang lahat, tentunya menakutkan bagi sebagian orang. Namun, Stojanovic memiliki solusi tersendiri. Setelah memberikan sedikit penyesuaian pada tempat pemakaman tersebut, akhirnya sang mantan pekerja konstruksi ini mengaku seperti berada di rumah.

"Di sini kering dan hangat. Saya memiliki beberapa lampu dan barang-barang pribadi. Tempat ini memang bukan istana. Namun, ini lebih nyaman daripada jalan raya," ujar Stojanovic. 

Sebelumnya, Stojanovic tidak pernah memiliki pekerjaan tetap. Ia kehilangan rumahnya di pusat kota setelah terlibat utang. Kemudian, ia pindah ke dalam makam setelah sempat tidur di jalanan selama berbulan-bulan. Kini, ia berkegiatan dengan mencari makan dan lilin untuk bertahan hidup menghadapi kelaparan dan kedinginan.

Stojanovic mengatakan, hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal tidak seseram yang dipikirkan orang. Ia mengakui, pada awalnya memang takut. Tapi, seiring berjalannya waktu, ia akhirnya terbiasa.

"Kini saya lebih takut pada mereka yang hidup, ketimbang mereka yang sudah meninggal. Kapan pun saya ingin keluar, pertama-tama saya akan mengecek jika ada orang di sekeliling pemakaman. Jika tidak, saya akan menakuti orang lain," ujarnya. 

Bagi Stojanovic, kini hidup menjadi lebih mudah berkat beberapa orang yang mengasihaninya. Ia bilang, orang-orang sangat baik kepadanya.

"Terkadang mereka memberikan makanan atau pakaian. Terkadang saya harus mencari makan di tempat sampah. Barang-barang yang dibuang orang sangat mengagumkan," ucapnya. 

Berbagai komentar Stojanovic menggambarkan beratnya kehidupan. Namun, tentunya, semangat untuk menjalani hidup mampu membuat ia bertahan dalam kondisi seekstrem mungkin.

"Tidur di kuburan tidak menakutkan bagi saya. Yang sudah meninggal akan tetap meninggal. Saya lebih takut kelaparan. Jika saya meninggal pada suatu malam, setidaknya saya sudah berada di tempat yang tepat," kata Stojanovic.

Liang mungil

Stojanovic hidup dari makanan yang ia ambil dari tempat sampah. Ia juga mengumpulkan puntung rokok di jalanan.

Rumah bagi Stojanovic adalah liang mungil yang seharusnya menjadi "rumah masa depannya". Makam ini hanya berukuran 1,6 meter persegi dengan tinggi 0,8 meter. Beruntungnya, pihak berwenang mengizinkan Stojanovic tinggal di pemakaman, selama ia tidak mengganggu orang yang mengunjungi taman pemakaman.

"Keluarga yang memiliki makam ini semuanya sudah meninggal, jadi tidak ada yang memiliki makam tersebut. Jika Stojanovic tidak berbuat macam-macam, tidak ada rencana untuk mengusirnya dari tempat tersebut," ujar seorang juru bicara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Berita
Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Berita
Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Berita
119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

Berita
Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Berita
Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Berita
'Face Recognition' Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

"Face Recognition" Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau