KOMPAS.com - Entah berapa luas tanah di pesisir Pulau Moyo yang sudah terjual di tangan investor saat ini. Namun, Syukur Abidin (61) masih bersikukuh belum mau melepas 4 hektar tanah miliknya.
"Saya masih menunggu waktu yang tepat dan saya memang tidak mau menjual tanah di pantai ini. Saya lebih suka pola bagi hasil. Jadi, silakan tanah saya dikelola oleh investor dan saya mempunyai saham di dalamnya," kata Syukur, tokoh masyarakat Desa Labuhan Aji, Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, awal September 2012 lalu.
Tanah milik Syukur kini sudah ditawar Rp 3 juta per meter persegi. Adapun tanah milik tetangganya yang sudah bersertifikat dihargai Rp 5 juta per meter persegi. Bahkan, tanah yang belum mempunyai kelengkapan surat pun laku dengan harga Rp 2 juta per meter persegi.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sebagian tanah di pesisir Pulau Moyo sudah dikaplingkapling. Investor dalam dan luar negeri telah membeli tanah-tanah di desa itu.
Pulau Moyo dengan alamnya yang indah memang menarik investor. Kehadiran mendiang Putri Diana yang berlibur di Pulau Moyo selama tiga hari pada 1993 silam juga membuat nilai jual pulau itu kian tinggi. Air terjun Mata Jitu, tempat Putri Diana mandi, kini menjadi obyek wisata unggulan pulau yang memiliki pesona pasir putih dan air laut nan jernih.
Perusakan hutan
Seiring maraknya pembelian tanah oleh investor di Desa Labuhan Aji dan desa tetangganya, Sebotok, kegiatan pembukaan kebun baru di area penggunaan lain kawasan hutan pun ramai dilakukan warga.
Pembukaan kebun baru itu dimungkinkan terkait perpindahan besar-besaran kebun warga dari pesisir ke dalam pulau. Pembukaan ladang itu membuat hutan di tepi jalan sepanjang 500 meter dari Desa Labuan Aji menuju obyek wisata air terjun Mata Jitu gundul. Wisatawan yang menginap di Amanwana Resort mengeluhkan penggundulan hutan itu.
"Banyak wisatawan asing yang komplain karena penebangan itu dikhawatirkan akan merusak lingkungan di Pulau Moyo," kata Human Resources Manager Amanwana Resort, Frankie Syukur.
Frankie menduga, masyarakat menebang pohon terkait permintaan sejumlah investor yang telah membeli tanah di pulau itu. Pihak Amanwana Resort telah melaporkan secara resmi penebangan itu kepada Bupati Sumbawa pada 6 Agustus 2012 dan Kepolisian Resor Sumbawa pada 24 Agustus 2012.
Namun, hingga saat ini belum ada tindakan tegas di lapangan. Sebagian masyarakat desa sendiri menganggap tudingan keterlibatan investor tidak benar.
Arajak, warga Desa Labuhan Aji, mengatakan, pembukaan kebun baru oleh warga bukan karena permintaan investor. Sejak dulu warga memang melakukan ladang berpindah dan saat ini mereka sedang memperluas kebun jambu metenya.
Staf Desa Labuhan Aji, Abas Hasan, mengatakan, rapat antara pemuka desa dan masyarakat telah dilakukan. Dari rapat itu diperoleh keputusan bahwa warga diperbolehkan membuka kebun baru, tetapi dianjurkan tidak menebang pohon di sepanjang jalur masuk air terjun Mata Jitu.
"Tapi namanya juga manusia, ada sejumlah warga yang tetap menebang pohon di sepanjang ruas jalan menuju air terjun. Mereka yang menebang pohon itu sebenarnya adalah karyawan Amanwana. Semestinya Amanwana juga bisa menertibkan karyawannya sendiri," ujar Abas.
Adanya pembukaan hutan, menurut Kepala Seksi Wilayah II Konservasi Sumber Daya Alam Sumbawa Dahri, membahayakan lingkungan hutan. Meski lokasi pembukaan hutan berada di luar kawasan konservasi, tetap berbahaya karena ladang akan berbatasan langsung dengan kawasan konservasi. Pemerintah perlu segera bersikap tegas. Pulau Moyo harus diselamatkan dari kerusakan yang semakin parah. (SEM/NIT)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.