BANDUNG, KOMPAS.com - Konservasi bangunan tua yang merupakan warisan budaya bukan saja menjadi masalah di Indonesia, tapi juga permasalahan dunia. Letak permasalahan konservasi itu bukan pada anggaran atau biaya, namun kecintaan serta rasa memiliki untuk melestarikannya.
"Banyak teman saya dari negara-negara lain mengeluhkan hal yang sama. Jadi, konservasi bangunan tua bersejarah bukan hanya masalah di Indonesia," kata Frances B. Affandy, Executive Director Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung atau sering disebut dengan Bandung Heritage Society di Bandung, akhir pekan lalu.
Namun, lanjut Frances, letak permasalahan konservasi umumnya bukan pada anggaran atau biaya, melainkan kecintaan serta rasa memiliki.
"Rasa memiliki serta kecintaan akan sejarah itu yang kurang dimiliki oleh generasi sekarang. Karenanya, mereka langsung memugar bangunan tanpa mengerti bangunan tersebut memiliki nilai historis tinggi. Anggaran atau pembiayaan bangunan tua itu bukan masalah, uang bisa dicari, pendonor bisa digerakkan," ujarnya.
Penggiat di Bandung Heritage Society ini mengatakan, konservasi bangunan bersejarah di Bandung bisa dicontoh kota-kota lainnya, seperti Jakarta. Meskipun banyak juga bangunan tua dipugar, Bandung masih memiliki banyak bangunan bersejarah seperti karya Shoemaker, yaitu Vila Isola, Hotel Preanger, Gedung Merdeka dan lainnya.
"Jakarta sebenarnya kaya dengan bangunan peninggalan sejarah, seperti Kota Lama. Tapi, mengapa lebih sulit melakukan konservasi bangunan di Jakarta ketimbang di Bandung. Kita harus benar-benar berjuang untuk konservasi Kota Lama," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.