Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infrastruktur Lemah, Bukti Pemerintah Belum Serius

Kompas.com - 16/08/2011, 13:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dinilai belum terlalu serius memanfaatkan potensi di sektor properti sehingga bidang tersebut belum mendapatkan dukungan infrastruktur yang baik. Krisis di Eropa dan Amerika pada 2011 ini seharusnya dijadikan momentum yang tepat untuk menggenjot pertumbuhan bisnis ini.

Presiden Direktur PT Intiland Development Tbk Hendro S Gondokusumo di Jakarta, Selasa (16/8/2011). Di sisi lain, kata Hendro, banyaknya jumlah penduduk Indonesia pun seharusnya bisa dijadikan peluang bagi pemerintah untuk selalu bisa bertahan dari terpaan krisis. Potensi dari tingginya populasi tersebut memposisikan kondisi Indonesia saat ini seperti China pada 15 tahun yang lalu.

"Pertumbuhan ekonomi kita hampir sama dengan Cina 15 tahun lalu sebelum menjadi negara maju lewat infrastrukturnya. Nah, kita bisa lihat sendiri, bagaimana dengan infrastruktur kita," kata Hendro.

Menurutnya, tanpa dukungan pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur, sektor properti tidak akan berkembang semakin maju. Dukungan ini bahkan sudah seharusnya dilakukan sejak lima tahun lalu.

"Duit di dunia itu banyak sekali. Eropa sedang bermasalah, pasti juga merambat ke Asia. Tapi, kalau lihat dari sisi properti, seperti di China dan India, ternyata potensinya bagus dan saya kira yang paling baik malah Indonesia," ujar Hendro.

Ia mengatakan, tak ada satu negara pun kondisinya saat ini lebih baik dari Indonesia. Hal itu, pertama karena populasi. Dengan potensi ini, pemerintah bersama-sama swasta seharusnya bisa mencari peluang.

"Jelas kelihatan sekali potensinya. Kami misalnya, punya industri real estate di Surabaya dengan kebutuhan 5000-10.000 hektare. Itu dulu, tapi sekarang kebutuhannya atau permintaannya rata-rata 50.000 hektare," kata Hendro.

Ia mengatakan, dampak krisis jika diinvestasikan untuk pembangunan, tidak akan berimbas pada Indonesia. Hendro membandingkan, bahwa kondisi Vietnam dan Thailand lebih payah dari Indonesia untuk kemampuannya menangkal krisis.

"Malaysia tidak punya sumber daya manusia, sementara Singapura tak punya uang. Kita? Kita kan punya sumber daya manusia dan sumber daya alam yang banyak. Yang penting, kondisi ekonomi kita mau di bawa kemana? Itu yang terpenting," ujarnya.

"Di China itu kalangan menengah (pengusaha) terus naik. Maka, pemerintah seharusnya memberlakukan itu pada pengusaha kita, mempermudah kebutuhan pengusaha dan memperbaiki infratsruktur yang payah," tambahnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com