Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mampu Kendalikan Harga Rumah, Shanghai Tak Punya Masa Depan

Kompas.com - 22/01/2011, 19:39 WIB

SHANGHAI, KOMPAS.com Shanghai tidak punya masa depan jika tidak mampu mengendalikan masalah perumahan secara menyeluruh. Wali Kota Shanghai Han Zheng, seperti dikutip Shanghai Daily, Sabtu (22/1/2011), mengatakan, "Generasi muda sangat tertekan oleh melambungnya harga apartemen di dalam kota," kata Zheng dalam konferensi pers pada akhir sesi Kongres Rakyat Shanghai.

"Kota Shanghai tidak akan memiliki masa depan jika kehilangan hati satu generasi," kata Zheng. Pekerja migran, yang jumlahnya sepertiga penduduk kota Shanghai, menyediakan layanan vital dan membangun gedung pencakar langit, berada di antara mereka yang mengalami dampak melambungnya harga tempat tinggal.

Banyak anak muda, pekerja kelas menengah, juga menjerit akibat tingginya biaya perumahan. Harga rumah (apartemen) di dalam kota Shanghai meningkat hingga pada rekor rata-rata 24.176 yuan atau 3.652 dollar AS per meter persegi pada bulan Desember 2010. Harga itu naik 7,6 persen dibandingkan dengan bulan November atau 21 persen dibandingkan dengan Januari 2010.

Kantor Bank Sentral Shanghai memperkirakan bahwa harga rumah di kota itu akan turun pada 2011 meskipun jumlah transaksi tetap sama dengan tahun sebelumnya.

Han mengatakan, Shanghai akan menaikkan upah minimum sedikitnya 10 persen mulai 1 April untuk membuat warga kota terlibat dalam pertumbuhan kota. Ini juga merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan dewan internasional yang telah dinantikan di Bursa Saham Shanghai, kata Han.

Dalam bidang perumahan, kata Han, Shanghai telah merencanakan pajak properti, sistem anggaran rumah yang lebih mudah diakses, dan harga sewa rumah yang lebih rendah untuk mendinginkan industri real estat. "Shanghai secara positif mempersiapkan peluncuran pengadilan pajak properti di bawah panduan pemerintah pusat," katanya.

Selasa lalu, Han mengatakan kepada anggota parlemen lokal bahwa Shanghai akan memperluas pungutan pajak properti terhadap rumah-rumah yang baru dibeli. Namun, dia tidak merinci keterangannya serta tidak menjawab pertanyaan soal detail pengadilan pajak properti.

Sebelumnya, media massa memberitakan bahwa Shanghai dan Chongqing telah menyerahkan proposal ke Dewan Negara. Diharapkan pajak properti dapat diberlakukan pada kuartal pertama 2011.

Sejumlah pemain pasar berspekulasi bahwa pemerintah Shanghai akan mengenakan pajak terhadap keluarga yang memiliki lantai rumah lebih dari 200 meter persegi atau 70 meter persegi per orang dengan tarif pajak 0,5-0,6 persen.

Shanghai berencana menetapkan batasan yang lebih tinggi 10 persen soal pendapatan atau aset pengaju anggaran agar warga dapat mengikuti program ini, kata Wali Kota Shanghai. Saat ini penduduk lokal bergaji bulanan di bawah 2.900 yuan per bulan atau yang rata-rata memiliki aset rumah kurang dari 90.000 yuan dapat membeli rumah yang dianggarkan di Shanghai.

Han menegaskan tekad Pemerintah Kota mengakhiri spekulasi rumah di Shanghai. Pemerintah Kota Shanghai tetap akan melakukan langkah-langkah memperketat sektor perumahan, termasuk membatasi keluarga hanya boleh membeli satu rumah baru, membekukan KPR pembelian rumah ketiga, serta menaikkan uang muka dan mengenakan suku bunga untuk pembelian rumah kedua.

Soal upah minimum, lanjutnya, Shanghai sudah memutuskan rencana itu. Namun, ia berjanji kenaikan upah minumum sekitar 10 persen. Upah minimum rata-rata di Shanghai saat ini 1.120 yuan.

Soal lingkungan, Han menegaskan, Pemerintah Kota akan memperketat peraturan untuk menjaga kota tetap hijau dan bersih. "Kami bersyukur kondisi udara sangat baik selama World Expo. Langit biru Shanghai terlihat jelas," katanya. Selama Shanghai Expo yang lalu, Pemerintah Kota Shanghai melarang pembakaran jerami di sepanjang delta Sungai Yangtze. (Shanghai Daily/KSP)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com