Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Theo L Sambuaga Presdir Grup Lippo yang Baru

Kompas.com - 22/09/2010, 22:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Golkar Theo L Sambuaga (61) ditunjuk menjadi Presiden Lippo Grup. Perkenalan pejabat baru di lingkungan perusahaan papan atas ini dilakukan pada Rabu (22/9) oleh pendiri Lippo Grup Mochtar Riady dan Vice Chairman Lippo Grup James Riady.

Menanggapi penunjukan Theo Sambuaga, pengamat pasar modal Ferry Latuhihin, Selasa di Jakarta, menyatakan, hal itu fenomena biasa di dunia bisnis. Alasannya, politik dan bisnis seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. ”Bisnis yang baik harus mengenal politik, sosial, dan budaya,” kata dia.

Namun, Ferry mengakui, keputusan Lippo memilih figur politisi di posisi yang strategis tentu memiliki maksud tertentu. Orang mungkin akan curiga dengan figur politik dalam bisnis seperti Theo Sambuaga meski dia bukan dari partai yang berkuasa.

Kecurigaan ini, kata Ferry, wajar dalam sistem pemerintahan Indonesia yang lemah pengawasan dan rawan moral hazard.

Apakah Theo bisa bekerja profesional, menurut Ferry, hal itu tergantung dari peran yang diberikan Lippo kepada Theo.

Jika peran yang diberikan hanya sebagai negosiator, posisi Theo dinilai tepat karena dikenal sebagai salah satu politisi kawakan di Indonesia. ”Dalam hal ini Theo harus memberikan kemakmuran buat Lippo karena untuk itu beliau ditempatkan di posisi yang strategis,” ujar Ferry.

Namun, kata Ferry, masyarakat tak perlu menaruh curiga Lippo akan melakukan agenda tertentu atau moral hazard dengan menempatkan Theo pada posisi yang strategis. Hal itu sebaiknya diserahkan kepada pengawasan otoritas terkait.

Anggota Komisi I DPR, yang juga mantan Ketua Umum Real Estat Indonesia, Enggartiasto Lukita, berpendapat, Theo dikenal memiliki pergaulan luas di kalangan pebisnis. Theo pernah menjadi Menteri Negara Perumahan dan Permukiman pada Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999).

Keputusan manajemen perusahaan memilih Theo Sambuaga sebagai Presiden Lippo Grup seharusnya sudah memperhitungkan risikonya. ”Ada risiko yang harus ditanggung dan itu seharusnya sudah disadari oleh perusahaan,” ujar Enggartiasto. (REI/LKT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com