Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dato' Alan Tong: Malaysia Perbolehkan Asing Beli Properti Sejak 20 Tahun Lalu

Kompas.com - 30/01/2010, 18:59 WIB

BALI, KOMPAS.com - Dato' Alan Tong Kok Mau, Presiden FIABCI dunia (2005-2006) dan Presiden FIABCI Malaysia (1994-2000) adalah pengusaha properti Malaysia yang sukses. Pemilik dan Chairman Grup Bukit Kiara Properties yang bergerak di bidang investasi, konstruksi dan pengembangan real estate ini memberi pendapat tentang rencana penyelenggaraan FIABCI di Bali, Mei 2010 mendatang, tentang eco-property, dan tentang kepemilikan properti oleh orang asing di Malaysia dan Indonesia.


Berikut petikan wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Dato' Alan Tong Kok Mau, pemilik dan Chairman Grup Bukit Kiara Properties Malaysia di Jimbaran, Bali, Jumat (29/1/10) malam.

Bali akan menjadi tuan rumah Kongres Dunia FIABCI ke-61, Mei 2010 mendatang. Apa komentar Datok tentang Bali?
Kongres dunia akan menjadi kesempatan baik bagi FIABCI Indonesia untuk mengundang peserta FIABCI dari seluruh dunia ke Bali. Acara ini sangat baik untuk Indonesia, dan Indonesia dapat menunjukkan apa yang telah dilakukan industri properti seperti di Bali, misalnya. Banyak orang sudah mendengar tentang Bali namun belum semua punya kesempatan datang ke Bali.

Saya dukung Bali sebagai tempat penyelenggaraan Kongres Dunia FIABCI ke-61. Saya berulang kali datang ke Bali, di antaranya ke Amandari, Four Seasons. Anak saya suka ambience dan culture di sini. Saya ke Bali setiap tahun, bersama anak dan cucu untuk berlibur. Kebudayaan Bali merupakan salah satu daya tarik yang luar biasa bagi orang-orang asing yang datang ke Bali. Saya yakin kolega dari luar negeri yang datang ke Bali, akan terkesan dan akan datang kembali ke Bali. Dan bagi saya, Bali sangat menarik dan punya kelas tersendiri.  

Kongres Dunia FIABCI di Bali Mei mendatang akan membahas isu seputar eco-property. Sejauh mana konsep green property, eco-property sudah diterapkan di Malaysia?  
Saya berpendapat FIABCI punya komitmen untuk mempromosikan eco-property ke seluruh dunia. Saya pikir Presiden FIABCI Elizabeth akan datang ke sini dan membagi pengalamannya tentang eco-property di Bali. Saya gembira Kongres FIABCI digelar di Bali. Elizabeth mesti datang ke Bali dan melihat, apa yang telah Bali berikan untuk dunia. Di Malaysia sendiri, sejumlah pengembang sudah menerapkannya. Ada eco-city di Shah Alam dan di Johor, yang dikembangkan oleh developer yang sama, yaitu SP Setia. Mereka membangun housing estate yang sangat atraktif.
 
Malaysia sudah memulai eco-property sejak sepuluh tahun yang lalu. Perusahaan swasta membangun township di Johor yang eco-friendly dan saving energy, sedangkan Pemerintah Malaysia, pemerintah lokal membangun Kota Baru Shah Alam dengan konsep eco-property.  
 
Perusahaan saya, Sunrise yang kemudian berkembang menjadi Bukit Kiara, membangun high-rise condominium. Kondominium ini dibangun dengan nuansa hijau dan lanskap yang indah.
 
Saat ini Indonesia masih membahas soal kepemilikan properti oleh orang asing. Di Malaysia sendiri bagaimana aturan soal ini?
Coba kita lihat situasi dunia global saat ini. Sebagian besar negara di dunia maju karena industri properti yang berkembang pesat. Malaysia sudah menerapkan aturan kepemilikan properti oleh orang asing sejak 20 tahun yang lalu. Memang, sebelumnya Malaysia takut jika banyak orang asing membeli properti. Namun larangan itu hanya untuk pembelian lahan kosong. Kini orang asing di Malaysia diizinkan membeli apartemen. Kondominium yang dibangun perusahaan saya, banyak dibeli orang asing.  
 
Menurut saya, rakyat Indonesia, pemerintah Indonesia tidak perlu takut menjual properti ke orang asing. Jika secara politis, pemerintah takut, saran saya, lakukanlah seperti yang dilakukan pemerintah Malaysia dengan menerapkan aturan bahwa orang asing hanya boleh membeli properti seharga misalnya di atas 100.000 USD. Alangkahnya bodohnya jika Indonesia melarang orang asing membeli properti. Saya kira Indonesia telah kehilangan waktu beberapa dekade dari Malaysia dan Singapura soal kepemilikan asing ini. Tentu dapat Anda bayangkan bagaimana orang asing membawa uang tunai ke negeri Anda. Dana segar ini dapat digunakan untuk keperluan lain seperti membantu orang-orang tak mampu untuk memiliki rumah.  

Anda bisa lihat contoh Singapura dan Hongkong. Banyak gedung dibangun dan pembelinya selalu orang asing. Negara mendapat keuntungan dari pembelian properti ini. Mengapa sangat penting bagi negara? Karena dapat menggiatkan pembangunan properti. Dan pemerintah tidak hanya mendapatkan pajak dan pengembang memperoleh dana segar, namun pembangunan proyek-proyek properti akan dapat menciptakan lapangan kerja. Ini akan menghidupkan sektor industri lainnya seperti baja, listrik, furnitur dan banyak lagi. Makin banyak properti dibangun, makin hidup industri properti, makin banyak lapangan kerja tercipta. Ini sudah kami alami di Malaysia.
 
Saya yakin industri properti di Indonesia sangat prospektif. Pembangunan di Indonesia dalam beberapa tahun ini berkembang sangat pesat. Pendapat per kapita dan daya beli masyarakat Indonesia meningkat. Tak perlu takut jika orang asing beli properti di negeri Anda. Dan saya kira Indonesia perlu belajar dari Malaysia, Singapura, Vietnam, Hongkong, Filipina, bahkan juga China. Kalau Anda beli properti di Malaysia, Anda boleh menggunakan sampai kapan pun tanpa batas waktu. Malaysia sangat murah hati dan tidak takut soal kepemilikan asing ini. Di Vietnam dibatasi samapi 70 tahun, demikian pula di Singapura. China dulu juga melarang orang asing beli properti, tapi sekarang mereka mengizinkannya.

Anda lihat Dubai di Timur Tengah. Tiga puluh tahun lalu, Dubai hanya gurun pasir. Tak ada orang yang datang ke sana. Setelah dibangun proyek properti, proyek real estate di Dubai, kota itu kini sangat hidup. Dan Anda tahu siapa pembeli properti di Dubai? Sebagian besar orang-orang asing. Jadi tak ada alasan bagi Indonesia untuk takut jika orang asing membeli properti.  (Robert Adhi Ksp) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com