Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rem Laju Pembelian Rumah, China Naikkan Uang Muka dan Perketat Likuiditas

Kompas.com - 13/01/2010, 16:10 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Tak mau menganggap remeh risiko krisis dari menggelembungnya kredit perumahan, China bergerak cepat Setelah menaikkan uang muka untuk mengerem laju pembelian rumah, pemerintah China juga memakai jalur moneter, yakni memperketat likuiditas di pasar.

Untuk menyedot likuiditas di pasar, dalam lelang surat utang bertenor satu tahun kemarin (12/1), People's Bank of China menaikkan yield atau 8 basis poin menjadi 1,8434 persen. Bank Sentral China menyerap 20 miliar yuan lewat lelang tersebut.

Padahal, belum genap sepekan, tepatnya Rabu (7/1) lalu, People's Bank of China telah menaikkan yield surat utang bertenor tiga bulan sebesar 4 basis poin (0,04 persen) menjadi 1,3684 persen. Langkah ini merupakan sinyal jelas bagi pasar, kalau Bank Sentral China tengah memperketat likuiditas untuk mengerem kenaikan harga properti dan inflasi.

Survei Bloomberg terhadap 15 ekonom pekan lalu meramal, China kemungkinan bakal menaikkan bunga acuan menjadi 5,58 persen di kuartal III 2010. Bahkan, di kuartal akhir 2010, bunga acuan diprediksi naik lagi sekitar 27 basis poin (0,27 persen).

BNP Paribas SA juga memajukan prediksi kenaikan bunga acuan dari kuartal III 2009 ke kuartal II 2009. Kemungkinan bank sentral China akan menaikkan bunga acuan sebesar 50 basis poin (0,5 persen) pada Februari nanti. Saat ini, bunga acuan China sebesar 5,3 persen.

China Investment Corp (CIC) juga meramal, China bakal mendahului bank sentral Amerika Serikat menaikkan bunga acuan. Risiko gelembung aset properti, memicu bank sentral negeri para jagoan kungfu ini tak bisa menunggu lama-lama. Apalagi The Fed baru berencana menaikkan bunga acuan pada semester II tahun 2010.

"Kalau China menunggu AS, artinya mereka membiarkan gelembung aset properti ini terus terjadi," ujar Kevin Lai, Ekonom Daiwa Institute kepada Bloomberg.

Cuma, mengambil langkah lebih cepat bukan berarti tanpa risiko. Pemerintah dan ekonom berdebat soal efek China menaikkan bunga acuan sebelum AS. Langkah ini diprediksi malah bakal menarik hot money lebih banyak masuk ke China. Walhasil, potensi gelembung aset malah semakin besar.

Karena itu, pemerintah negeri Jalan Sutra ini berjanji bakal mengkaji dengan sangat serius soal berapa besarnya kenaikan bunga acuan. Tujuannya, mencegah dana-dana spekulatif dari luar negeri masuk secara liar dan berpengaruh pada pasar finansial nasional. Jangan sampai, niat semula menekan gelembung aset properti malah sia-sia. (Bloomberg/Sopia Siregar/KONTAN)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com