Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Bali Pulih, Proyek Vila Menggeliat

Kompas.com - 06/06/2009, 08:27 WIB

KOMPAS.com — Pariwisata di Bali terus bangkit dari keterpurukan. Trauma bom laknat teroris pelan-pelan menghilang. Turis asing kembali datang ke Pulau Dewata. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Januari hingga April 2009, jumlah wisatawan yang berlibur ke Bali mencapai 679.226 orang atau naik 8,64 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.

Industri pariwisata pun kembali menggeliat. Mulai pulihnya kunjungan turis menjadi momentum bagi pengembang properti melakukan ekspansi bisnis ke Bali. Sebut saja, PT Bakrieland Development Tbk yang berencana membangun vila mewah di kawasan Ubud. "Mulai dikerjakan akhir tahun nanti," kata Marudi Surahman, Direktur Bakrieland.

Anak usaha PT Bakrie and Brothers Tbk itu sudah menyiapkan lahan seluas enam hektar. Di atas area tersebut, Bakrieland bakal membangun 30 vila mewah. Nah, untuk mewujudkan proyek ini, pengembang kawakan tersebut telah menyiapkan investasi lebih dari Rp 100 miliar. 

Tak mau kalah, PT Lintas Cipta Development juga akan membangun vila mewah di Bali. Persisnya, di daerah Tanah Lot. Proyek yang mengusung nama Biu-Bin Kumala ini bakal berdiri di atas lahan dengan luas empat hektar. Di sana mereka akan membangun 10 vila. "Kami sedang menyiapkan desainnya," ujar Presiden Direktur Lintas Cipta Loemongga Haomasan.

Pembangunan Biu-Biu Kumala yang bakal melahap anggaran sebesar Rp 50 miliar tersebut akan mulai bergulir Oktober mendatang. Kalau tidak ada aral melintang, proyek ini bakal selesai dalam tempo satu tahun. Lintas Cipta membuka harga vila mewah itu mulai Rp 5 miliar per unit.

Beda dengan pesaing yang hanya membangun satu kawasan, PT Wika Realty bakal membangun dua kluster vila sekaligus. Anak perusahaan PT Wijaya Karya Tbk ini membidik wilayah Ubud dan Nusa Dua. Total vila yang mereka bangun sebanyak 500 unit. 

"Di Nusa Dua kami bangun secara vertikal, sedangkan di Ubud secara horizontal," ujar Direktur Utama Wika Realty Muhammad Nawir. 

Terganjal krisis
Kenapa vila dan bukan kondominium hotel (kondotel) atau hotel? Marudi mengatakan membangun vila lebih menguntungkan ketimbang kondotel atau hotel. Soalnya, modal bisa cepat balik begitu vila terjual. "Beda dengan hotel yang butuh waktu sampai lima tahun," kata Marudi.

Selain itu, Senior Associate Director Knight Frank Indonesia Fakky Ismail Hidayat menambahkan, risiko membangun vila lebih kecil. "Kalau kondotel harus dibangun keseluruhan, sedangkan vila bisa dibangun secara bertahap," ujar dia.

Namun, krisis keuangan global mengganjal pengembang untuk menggarap proyek vila buru-buru. Contoh, Wika Reality yang menunda pembangunan hingga akhir 2009 dari semula akhir 2008. Pasalnya, memasuki kuartal ketiga dan keempat tahun lalu, permintaan pasar menurun. "Kami akan mulai pembangunan pada akhir tahun ini," kata Nawir.

Toh, krisis tak lantas membuat perusahaan properti pesimistis. Sebab, jika dibandingkan dengan daerah wisata di negara lainnya, Bali memang masih mempunyai kelebihan daya tarik tersendiri. "Thailand kondisinya tak menentu, sedangkan Singapura tak punya keindahan alam dan budaya seperti Bali," ujar Marudi.

Itu sebabnya, dia yakin, pasar vila di Bali akan tetap bagus. "Ekspatriat yang bekerja di Bali menjadi pasar utama kami," katanya. (KONTAN/Lamgiat Siringoringo, Hans Henricus Benedictus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com