Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Tinta Pemilu 2009 Tak Sebaik Tahun 2004?

Kompas.com - 09/04/2009, 11:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kualitas tinta yang digunakan untuk pemungutan suara tahun ini diduga lebih rendah jika dibandingkan dengan pemilu lima tahun lalu. Setidaknya, keluhan-keluhan ini muncul di sebuah tempat pemungutan suara (TPS) kawasan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.

Kasman, salah satu petugas di TPS 23, merasakan kualitas tinta di TPS-nya tidak terlalu bagus. "Lihat aja nih, Mas, bisa langsung semu begini," kata Kasman menyelupkan salah satu jarinya ke dalam wadah tinta, dan kemudian langsung menyekanya dengan handuk kecil.

Tinta di jari Kasman memang terlihat langsung memudar dan akan sangat mudah jika ada warga yang berniat untuk menghapusnya. "Emang beda nih, Mas, kalau pemilu yang dulu kan waktu kita lap langsung jadi item gitu, ini langsung bisa ilang," kata Kasman.

Kasman mengaku, TPS 23 yang terletak di Jalan Melati I itu menerima dua botol tinta untuk sekitar 400 orang pemilih yang terdaftar di TPS itu. "Dua-duanya sama aja kok, Mas. Ya memang cuma dua ini untuk empat ratus-an," kata Kasman.

Di bagian dus pembungkus botol tinta, terlihat tulisan "Tinta Sidik Jari Pemilu 2009". Pada salah satu sisinya disebutkan bahwa tinta produksi CV Tridaya Pratama itu terbuat dari aquades, ethanol IPA, dan silver nitrat. Tak lupa tercantum sertifikasi halal dan nomor sertifikasi POM. Tentunya ada standar khusus yang ditetapkan KPU untuk para rekanan yang menjadi penyalur logistik ini. Meski bukan berarti tak ada perbedaan kualitas di antara para rekanan itu.

Warga lain pun merasakan hal yang sama. "Iya sih, Mas, emang beda dengan pemilu yang lalu, ini bisa langsung pudar begini. Tapi agak susah juga sih kalau mau dibersihkan, masih ada bekasnya dikit," kata Waridan, warga setempat.

Waridan lantas berusaha menghapus tinta di kelingking jari kirinya. Namun, bekas tinta masih agak terlihat di sisi-sisi jari. "Enggak tahu kalau pakai sabun mungkin bisa bersih nih," kata Waridan lagi.

Kualitas tinta sebenarnya terbilang krusial untuk diperhatikan KPU, mengingat masih adanya warga yang memperoleh undangan pemilihan lebih dari satu. Mungkin ini disebabkan masih buruknya sistem database yang ada di Indonesia. Artinya, jika saja warga berniat dua kali, maka hal itu masih mungkin terjadi kalau tinta bisa dihapus.

Salah satu warga di daerah Cilandak Barat, Sri Indryastuti, mendapatkan undangan ganda di kediaman orangtuanya dan juga di kediaman pribadinya. Sebanyak dua rumah tempat namanya tercantum hanya berjarak sekitar 2 kilometer. "Enggak tahu nih, ada undangan dua, enggak tahu mau milih di mana," katanya.

Sebelumnya, warga Rawabadung, Jakarta Timur, Johanes, pun mengalami kejadian serupa. Di rumah orangtuanya, ia mendapat undangan, sementara di tempat tinggal barunya di kawasan Bekasi pun ada undangan serupa. "Padahal di Bekasi saya enggak punya KTP, tapi di undangan ini ada nomor NIK segala, dari mana dapetnya ya?" kata Johanes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com