BATAM, KOMPAS.com — Bila dibandingkan dengan kawasan lain, Batam jelas lebih menjanjikan. Pasalnya, selain dikenal sebagai kawasan industri, posisi Batam juga diuntungkan karena kedekatannya dengan Singapura. Sudah begitu, Batam kerap kali dijadikan sebagai tempat meeting nasional ataupun internasional.
Berangkat dari situ, Batam menyimpan prospek bagus, terutama untuk hunian. Apalagi, di sini pun banyak sekali orang asing yang kerja di Batam. Tentu ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembang lokal ataupun pengembang dari Jakarta untuk bersaing di Batam. “Banyaknya pekerja di Batam membuat daya serap kebutuhan rumah sangat tinggi,” kata Mulia Parmadi, Ketua REI Batam, Selasa (31/3) kemarin.
Hanya, krisis finansial kali ini membuat kebutuhan pasokan rumah di Batam hanya tumbuh sekitar 7.000 unit. Artinya, terjadi penurunan sebesar 30 persen bila dibandingkan dengan 2008 yang pertumbuhannya bisa mencapai 10.000 unit. “Jadi, total kebutuhan perumahan itu sekitar 187.000 unit perumahan pada 2009, sedangkan pada 2008 perumahan itu sekitar 180.000 unit,” tandasnya.
Walau krisis, hal itu tidak membuat para pengembang berkecil hati. Mereka tetap bersaing untuk membuat perumahan dari berbagai tipe, baik itu menengah bawah hingga menengah atas. Tentu saja rumah yang dibangun pun mulai dari rumah tipe sederhana hingga apartemen. “Hanya saja, kalau rusunami di Batam kurang laku bagi segmen menengah bawah. Ini karena harganya sekitar Rp 144 juta,” tandasnya.
Nah, dari berbagai jenis rumah itu, persaingan paling kentara itu terjadi di perumahan menengah, terutama di kawasan Tiban. Di sini banyak sekali pengembang bersaing membangun perumahan, terutama pengembang dari Jakarta. Sebut saja Bakrieland yang membangun Batam Nirwana Residence dan Bangun Cipta Group yang membangun Bukit Indah Sukajadi. “Kedua pengembang itu masih harus bersaing dengan 40 pengembang lokal di Batam,” tukasnya.
Harga yang mereka tawarkan itu berkisar Rp 184 juta sampai dengan Rp 1 miliar. Dengan harga sebesar itu, daya serapnya pun masih bagus. Segmentasi konsumen mereka mulai dari kelas menengah hingga kelas atas. Beberapa di antaranya adalah ekspatriat yang bekerja di Batam. Lalu ada juga pembeli dari lokal. “Hanya saja, ini masih terkendala dengan kepemilikan asing yang masih belum jelas keputusannya,” kata Presdir Bakrieland Hiramsyah Thaib.
Batam Nirwana Residence sendiri memiliki luas area sekitar 40 hektar yang rencananya akan dibangun sekitar 1.500 unit rumah. Saat ini baru sekitar 500 unit rumah yang sudah dibangun di atas lahan seluas 15 hektar untuk tahap pertama. “Penjualannya pun sudah sekitar 70 persen,” katanya.
Bakrieland sendiri merencanakan untuk memulai pembangunan tahap kedua seluas 15 hektar pada 2010. Mereka berencana untuk membangun sekitar 500 unit rumah. Sisanya baru akan dibangun pada tahun berikutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.