JAKARTA, KOMPAS.com — Saat harga permintaan properti cenderung menurun, kini para pengembang Tanah Air juga dihadapkan pada pesaing baru dari negeri seberang. Belakangan ini berbagai pengembang Malaysia makin gencar mempromosikan produk mereka di Indonesia. Bahkan, untuk menggaet pembeli, para pengembang Malaysia kian giat menggelar pameran.
Di Malaysia sendiri memang ada program untuk menjual dari total pasar properti sekitar 20-30 persen untuk ditawarkan ke pasar internasional. Nah, pasar Indonesia dinilai sangat menjanjikan.
Para pengembang Malaysia menawarkan kelebihan dari sisi legalitas propertinya, salah satunya setiap properti yang dimiliki di sana langsung menjadi hak milik si pembeli. "Sertifikat freehold, kalau di Indonesia sertifikat hak milik. Tidak berubah," ujar Emmy Cong, Manager Yuk Tung Development Bhd, salah satu pengembang Malaysia yang menawarkan residential The Peak.
Ia menjelaskan, karakteristik masyarakat Indonesia dan Malaysia memang hampir mirip. Keduanya lebih menyukai memiliki properti yang ada tanahnya. "Kalau market di Indonesia kebanyakan ingin punya rumah. Kami tawarkan rumah seharga Rp 3,2 miliar hingga Rp 4 miliar dan menyasar kalangan menengah," ujarnya.
Menurut Anton Sitorus, Kepala Riset Jones Lang LaSalle Indonesia, optimisme pengembang Malaysia dalam menjual produk properti di Indonesia bisa dimaklumi. Ia mengatakan, sedari dulu memang kalangan berduit pada umumnya tertarik untuk berinvestasi di lokasi yang tak terlalu jauh dari Indonesia.
"Kalau di Singapura atau Australia, biasanya mereka investasi properti di sana lebih karena faktor pendidikan, misalnya dia punya anak sekolah di sana," ujarnya.
Selain itu, Pemerintah Malaysia juga memiliki sejumlah program khusus terkait kepemilikan properti ini, salah satunya menggelar program Malaysia My Second Home, di mana setiap orang asing dengan keluarga intinya yang sudah membeli rumah boleh tinggal selama 10 tahun di Malaysia. Syaratnya harus mempunyai deposit 150.000-300.000 ringgit Malaysia. Pada tahun kedua, deposit itu bisa diambil dan disisakan sebesar 60.000 ringgit Malaysia selama dia menetap di Malaysia. (Epung Saepudin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.