BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Jababeka

Bangun Hunian Berkonsep Growing House, Milenial Perlu Tahu Hal Ini

Kompas.com - 12/12/2020, 07:06 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Hunian dengan aksesibilitas yang mudah kini menjadi incaran sebagian orang. Salah satu yang jadi pertimbangan sebelum membeli hunian adalah kedekatan kawasan residensial dengan sarana transportasi umum.

Hal ini ditunjukkan hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018 yang dilakukan bersama lembaga riset asal Singapura. Survei tersebut menyebutkan, 87 persen responden menganggap kedekatan hunian dengan sarana transportasi umum adalah hal penting.

Dengan akses yang mudah, penghuni pun bisa lebih praktis dan efisien dalam menjalani aktivitas sehari-hari, terutama bagi mereka yang bekerja di pusat kota.

Selain kemudahan akses, hunian fleksibel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan juga menjadi pertimbangan calon konsumen. Adapun kebutuhan yang dimaksud berkaitan dengan pertambahan jumlah anggota keluarga maupun kebutuhan aktivitas di dalam rumah.

Di tengah kebutuhan pada hunian tersebut, konsep growing house atau rumah tumbuh kini banyak diminati masyarakat dan mulai ngetren. Konsep ini dinilai cocok untuk menyiasati kebutuhan ruang di masa depan tanpa harus membongkar atau melakukan renovasi secara besar-besaran.

Karenanya, konsep growing house menjadi salah satu alternatif berbagai kalangan dalam membangun rumah, termasuk generasi milenial untuk mewujudkan hunian idaman.

Konsep growing house

Adapun ide utama growing house atau rumah tumbuh adalah membangun rumah secara bertahap yang disesuaikan dengan prioritas kebutuhan hunian yang esensial. Pembangunan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu panjang.

Berdasarkan arah pengembangannya, desain rumah tumbuh terbagi dalam dua jenis, yaitu rumah tumbuh horizontal dan vertikal.

Sesuai arahnya, rumah tumbuh horizontal berkembang ke arah samping, depan, atau belakang. Dengan arah pertumbuhan tersebut, luas rumah pun secara otomatis akan bertambah.

Oleh karena itu, untuk mengembangkan rumah tumbuh horizontal diperlukan lahan kosong yang cukup luas.

Sementara, rumah tumbuh vertikal dibangun ke arah atas sehingga nantinya rumah mempunyai lebih dari satu lantai. Dengan demikian, pemilik rumah perlu menyiapkan fondasi yang kokoh sebagai syarat mutlak agar bangunan dan penghuni rumah terjamin keamanannya.

Adapun keunggulan hunian dengan konsep growing house terletak pada fleksibilitas dalam proses pembangunannya.

Pemilik rumah bisa mengatur sendiri bagian rumah yang akan dikembangkan. Selain itu, pemilik juga bisa menentukan anggaran, kualitas, dan desain pengembangan rumah sendiri.

Membangun growing house

Berbeda dengan rumah biasa, membangun rumah dengan konsep growing house membutuhkan perencanaan yang matang sejak awal.

Setidaknya, perencanaan ini harus mencakup berbagai kebutuhan saat ini hingga masa depan, misalnya antara 10 hingga 50 tahun ke depan. Perencanaan juga harus mencakup pemilihan konsep pengembangan horizontal, vertikal, atau gabungan keduanya.

Keunggulan hunian  konsep growing house terletak pada fleksibilitas dalam proses pembangunannya. Pemilik rumah bisa mengatur sendiri bagian rumah yang akan dikembangkan. Dok. Jababeka Keunggulan hunian konsep growing house terletak pada fleksibilitas dalam proses pembangunannya. Pemilik rumah bisa mengatur sendiri bagian rumah yang akan dikembangkan.

Pemilihan konsep pengembangan tersebut ditentukan berdasarkan luas lahan yang tersedia. Jika lahan memadai, membangun secara horizontal bisa jadi pilihan. Sebaliknya, bila lahan terbatas, pilihannya adalah membangun rumah ke atas.

Bila memilih konsep pengembangan vertikal, pastikan membangun rumah dengan kerangka yang memungkinkan untuk dikembangkan jadi rumah tingkat.

Pemilik hunian bisa menggandeng tenaga ahli seperti arsitek dan kontraktor agar pengembangan growing house lebih efisien dan bisa meminimalisasi kekeliruan.

Tenaga ahli tersebut biasanya ikut membantu pengurusan surat izin mendirikan bangunan (IMB). Dengan begitu, pemilik tidak perlu repot.

Nah, saat mendesain growing house pada tahap awal, prioritaskan membangun ruangan yang esensial, seperti kamar mandi, ruang tengah atau ruang keluarga. Pasalnya, ruang tengah bersifat multifungsi dan bisa merangkap sebagai kamar tidur sekaligus ruang tamu.

Bila luas lahan terbatas, cukup buat satu ruangan besar terbuka multifungsi. Di ruang tersebut, dapur, ruang makan, dan ruang tamu dapat menyatu.

Karena sifat pembangunannya bertahap, konsistensi pemakaian material yang sama patut diperhatikan dalam perencanaan membangun rumah. Hal ini agar kualitas hunian tidak timpang antara growing house tahap awal dan pengembangan selanjutnya.

Sementara dari sisi perhitungan biaya, pemilik hunian perlu mempertimbangkan kenaikan harga material dan upah di masa mendatang.

Saat mendesain growing house pada tahap awal, prioritaskan membangun ruangan yang esensial, seperti kamar mandi, ruang tengah atau ruang keluarga. Pasalnya, ruang tengah bersifat multifungsi dan bisa merangkap sebagai kamar tidur sekaligus ruang tamu.Dok. Jababeka Saat mendesain growing house pada tahap awal, prioritaskan membangun ruangan yang esensial, seperti kamar mandi, ruang tengah atau ruang keluarga. Pasalnya, ruang tengah bersifat multifungsi dan bisa merangkap sebagai kamar tidur sekaligus ruang tamu.

Beli rumah berkonsep growing house

Selain membangun dari nol, sebenarnya ada pilihan mudah untuk memiliki rumah berkonsep growing house. Saat ini, pengembang ternama mulai menawarkan rumah dengan konsep tersebut kepada calon konsumen, salah satunya PT Jababeka Tbk.

Developer yang mendapatkan dua penghargaan Indonesian Properti Award 2020 ini menawarkan hunian berkonsep growing house melalui anak perusahaannya, Jababeka Residence, di Kota Jababeka, Cikarang, Jawa Barat.

Tepatnya, pada akhir 2020, Jababeka merilis produk inovatif Compact and Growing HouseWimbledon Jababeka di kawasan Mega Cluster Sport City seluas 34 hektare (ha).

Konsep growing house di Cluster Wimbledon Jababeka dihadirkan dengan memadukan konsep healthy lifestyle.

Jadi, selain rumah bisa dikembangkan di kemudian hari, desain rumahnya pun sudah mendukung gaya hidup sehat di masa new normal.

Dari segi aksesibilitas, Cluster Wimbledon bisa diakses melalui tiga jalan tol sehingga waktu tempuh menuju Jakarta hanya memakan waktu 45 menit.

Kawasan residensial ini juga dekat dengan akses transportasi umum. Stasiun Kereta Commuter Line pun bisa ditempuh dalam 5 menit.

Pun, kawasan tersebut sudah terhubung dengan layanan shuttle bus JR Connexion. Layanan ini menghubungkan Hollywood Junction Jababeka dengan beberapa titik di Jakarta, seperti Blok M, Jakarta Kota, dan Ancol.

Sementara dari segi fasilitas, Wimbledon terhubung dengan Sport Hub seluas 1 hektare yang dirancang konsultan multinasional AECOM, serta dikelilingi oleh berbagai fasilitas modern, seperti lapangan golf internasional yang didesain professional golfer Nick Faldo, pusat pendidikan, pusat kesehatan, hingga lifestyle center dan shopping center.

Adapun hunian Cluster Wimbledon ditawarkan dalam dua tipe, yakni tipe 1 dengan luas tanah 40 meter persegi dan bangunan 36 meter persegi. Sementara tipe 2 dengan luas tanah 60 meter persegi dan luas bangunan 54 meter persegi.

Kedua tipe ini mengusung desain minimalis beratap tinggi atau high ceiling level dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan 1 carport.

Kedua tipe tersebut juga memiliki space tambahan yang dapat dimanfaatkan penghuni untuk ekspansi ruang di kemudian hari sesuai konsep growing house.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Cluster Wimbledon dari Jababeka, Anda bisa klik tautan ini atau menghubungi (021) 5092 8589.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com