KOMPAS.com - Tak ada kata mahal untuk membangun wilayah terpinggir demi menyatukan Indonesia.
Begitu kata Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Kerja, Rudiantara, saat berkomunikasi dengan Bupati Asmat, Elisa Kambu, dengan sarana video conference dari Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu (31/8/2019).
Ya, membangun jaringan telekomunikasi di 41 kabupaten yang ada di Provinsi Papua dan Papua Barat memang tak mudah.
Bayangkan saja, ada 52 tower yang harus dibangun di gunung-gunung tanah Papua. Adapun 28 lokasi pembangunan berada di ketinggian 2.500 hingga 3.500 meter di atas permukaan laut.
Medan yang harus dibangun memang menantang, tetapi pemerintah yang dipimpin Presiden Joko Widodo pantang menyerah.
"Tidak ada jalan setapak. Angkut semua besi, angkut orang, angkut air, bangun konstruksi, semua dibawa pakai heli," kata Rudiantara dalam video conference tersebut, sebagaimana dilansir Kompas.com, Minggu (1/9/2019).
Rudiantara yang saat itu menjabat sebagai Menkominfo mengakui, pemasangan Palapa Ring di kawasan timur Indonesia lebih sulit dibandingkan paket barat dan tengah. Oleh karena itu, waktu penyelesaian pembangunannya relatif lebih lama.
Komunikasi antara Rudiantara dengan Elisa Kambu yang terpisah antarpulau itu membuktikan bahwa jaringan internet paket tengah dan paket timur tak ada kendala.
Program pembangunan tol langit di wilayah timur Indonesia memang telah usai pertengahan Agustus lalu. Istilah tol langit digunakan Presiden Jokowi untuk menggambarkan sambungan bebas hambatan bagi sinyal internet di langit Indonesia yang akan menghubungkan seluruh wilayah Nusantara.
Palapa Ring merupakan proyek prioritas yang dibuat oleh pemerintah dengan menghubungkan semua kabupaten/kota dengan kabel optik. Hal itu digunakan untuk menjaga kelancaran jaringan internet agar memiliki akses lebih cepat.
Proyek pengerjaan tol langit di wilayah timur yang sudah rampung dikerjakan hanya tinggal menunggu stabilisasi dan integrasi dengan Palapa Ring paket barat dan Palapa Ring paket tengah.
Menurut Rudiantara, stabilisasi yang akan dilakukan memakan waktu sekitar 28 hari, dan diperkirakan selesai ketika memasuki minggu ketiga September 2019.
Sulitnya akses ke lokasi pembangunan membuat integrasi Palapa Ring paket timur meleset dari perkiraan yang seharusnya pada 17 Agustus lalu.
"Di aturannya setelah konstruksi selesai itu memerlukan waktu 28 hari untuk stabilisasi dan integrasi. Misalkan di Papua, katakanlah di Puncak Jaya itu harus dikonfigurasi harus dites, tes itu kan juga memerlukan stabilisasi, integritas. Tadi saya sampaikan kemudian stabilisasi itu waktunya 28 hari," ujar Rudiantara.
Meskipun beberapa waktu silam Kementerian Komunikasi dan Informatika sempat melakukan pemblokiran akses internet di wilayah timur Indonesia, seperti Papua dan Papua Barat, hal ini tidak menghambat adanya pembangunan dan stabilisasi Palapa Ring.
Proyek internet cepat akan terus berjalan seiring mengejar ketertinggalan dan keterlambatan dalam pengerjaannya.
Proyek pembuatan tol langit ini mencakup wilayah daerah timur, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Dalam pembangunan Palapa Ring, PT Palapa Timur Telematika menggunakan setidaknya kabel serat optik sepanjang 8.454 kilometer (km), yang mencakup penggelaran kabel darat, laut, dan radio microwave.
Kementerian Kominfo menargetkan aksesibilitas telekomunikasi merata di seluruh Indonesia pada 2020.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Kominfo menyebutkan, pada 2020 semua desa permukiman sudah dapat menikmati layanan seluler atau internet setara dengan akses di Pulau Jawa.
Dalam konteks itulah, keberadaan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) menjadi strategis dan diperlukan untuk memastikan manfaat digitalisasi dapat dinikmati oleh semua penduduk Indonesia.
Direktur Utama BAKTI Anang Latif meminta dukungan dari semua pihak untuk menyukseskan target Indonesia Merdeka Sinyal 2020 yang sudah direncanakan dari sebelumnya.
"Komitmen pemerintah daerah sangat penting dalam program penyediaan BTS. Hal itu paralel dengan pemenuhan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019 dan pengusul lokasi BTS oleh pemda," kata Anang.
Pembangunan jaringan tol langit yang dikembangkan pemerintah diharapkan dapat menjadi tumpuan untuk semua akses telekomunikasi.
Perkembangan sosial ekonomi dan pemerataan perekonomian dapat menunjang ketersediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi.
Jaringan telekomunikasi yang luas dan berkapasitas besar bisa memberikan jaminan kualitas terhadap akses internet dan komunikasi yang berkualitas tinggi, aman, dan memiliki harga yang terjangkau.
Dengan berkembangnya sektor telekomunikasi, ia melanjutkan, masyarakat akan terbantu karena komunikasi jarak jauh semakin mudah.
Jaringan telekomunikasi yang luas juga dapat menjangkau daerah pelosok yang sebelumnya susah mendapat akses komunikasi yang baik.
“Dengan adanya hal itu diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari sektor telekomunikasi dan informatika,” ujarnya.