JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah peritel mengumumkan menutup operasional toko fisiknya.
Tak hanya pemain besar, fenomena ini juga terjadi pada peritel skala kecil yang mengisi pusat perdagangan strata title atau beken dikenal dengan trade center.
Fenomena yang kami rekam adalah peritel-peritel di ITC Mangga Dua, sebagai salah satu pusat perdagangan pakaian di Jakarta, kini sepi pembeli.
Hal yang sama juga dijumpai di ITC Kuningan.
Banyak kios di ITC Kuningan yang disewakan kembali atau dijual melalui platform e-commerce, karena saking sepinya pengunjung dan pembeli.
Baca juga: Ini Penyebab Turunnya Kejayaan ITC (I)
Konsep trade center mewabah di hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
Tak hanya greater Jadebotabek, tetapi juga di Semarang, Surabaya, Medan, dan bahkan Makassar.
Ciri khas dari pusat belanja berkonsep trade center adalah homogen, seperti tekstil dan elektronik.
Akan tetapi, kenyataannya, hal ini tidak bisa menjamin kejayaan pusat perbelanjaan berkonsep trade center.
Turunnya kejayaan ITC terlihat dari lesunya transaksi di pusat perbelanjaan tersebut. Apa penyebabnya? Berikut 4 fakta di balik turunnya kejayaan ITC:
1. Tidak berstatus sewa atau lease mall
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alexander Stefanus Ridwan mengatakan, mayoritas pusat perbelanjaan tersebut berkonsep trade center dan merupakan bangunan strata title.
Baca juga: Ini Penyebab Turunnya Kejayaan ITC (II)
Artinya, setiap kios bisa dimiliki oleh perorangan maupun kelompok. Stefanus mengatakan, dalam satu pusat perbelanjaan, terdapat ribuan pedagang.
2. Pengelola dan pemilik kios tidak bisa menyatukan pendapat
Selain karena kepemilikan ada pada perorangan, trade center tidak bisa menjamin konsep community mall atau apapun yang bisa diimplementasikan dengan baik.