Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Naik Peringkat dalam Indeks Risiko Manufaktur

Kompas.com - 30/04/2019, 07:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Cushman & Wakefield meluncurkan riset Manufacturing Risk Index 2019 atau Indeks Risiko Manufaktur mengenai lokasi yang paling cocok untuk industri manufaktur global.

Penilaian dilakukan terhadap 48 negara di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA); Amerika; serta negara-negara di Asia Pasifik.

Lembaga ini menghimpun data yang didapatkan dari berbagai sumber, antara lain Bank Dunia, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), dan Oxford Economics.

Baca juga: Indonesia, Pasar Penting bagi Pariwisata Singapura

Indeks Risiko Manufaktur yang dikeluarkan Cushman & Wakefield memberikan penilaian dengan tiga skenario utama yaitu Baseline, Biaya, dan Risiko.

Peringkat Indonesia

Dalam skenario Baseline, Indonesia menempati posisi ke-13 tepat di atas Singapura dan di bawah Portugal.

Pada skenario ini, posisi pertama ditempati oleh China karena peran pemerintahnya yang berinvestasi serta mengadopsi teknologi.

Posisi kedua ditempati oleh AS. Negara ini disebut menarik bagi para pelaku industri manufaktur terutama bagi mereka yang ingin meminimalisasi risiko politik dan ekonomi. Posisi selanjutnya ditempati oleh India, Kanada, dan Republik Ceko.

Pekerja melakukan perakitan mobil wuling di Pabrik Wuling Motors, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/5/2018). Pabrik seluas 60 hektar yang terdiri dari pabrik manufaktur dan supplier park mampu memproduksi 120.000 unit kendaraan pertahun.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Pekerja melakukan perakitan mobil wuling di Pabrik Wuling Motors, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/5/2018). Pabrik seluas 60 hektar yang terdiri dari pabrik manufaktur dan supplier park mampu memproduksi 120.000 unit kendaraan pertahun.
Sementara dalam skenario Biaya, Indonesia berada di peringkat ke-4 tepat di atas India dan di bawah China, Malaysia, serta Vietnam.

Head of Research for Singapore and South East Asia, Christine Li mengatakan untuk skenario ini, Vietnam naik 8 peringkat dari 23 pada 2018 menjadi 15 pada 2019.

Selain itu, peringkat Indonesia juga naik 7 tempat dari 20 pada 2018 menjadi 13 pada 2019. Artinya, kedua negara saling kejar untuk menarik investasi.

"Ini juga membuktikan bahwa pasar-pasar Asia Tenggara yang baru muncul seperti Malaysia, Vietnam, dan Indonesia mendominasi 5 posisi teratas secara global dalam skenario Biaya," ujar Li kepada Kompas.com, Senin (29/4/2019). 

Li menambahkan, peningkatan ini terjadi karena ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi seruan bagi banyak perusahaan global untuk mempertimbangkan diversifikasi rantai pasokan alternatif dengan harga lebih murah di negara-negara seperti Indonesia dan Vietnam.

Baca juga: Indonesia di Mata Raksasa Properti Singapura

Penilaian dalam skenario Biaya juga memberikan angka lebih tinggi bagi negara-negara dengan biaya operasi (termasuk upah buruh) yang rendah, di mana China tetap menempati posisi utama.

"Lokasi berbiaya rendah di Asia Pasifik masih menarik untuk manufaktur padat karya dan akan terus dicari mengingat daya saing biayanya," ujar Head of Research Cushman & Wakefield for Asia Pacific, Dominic Brown.

Kemudian dalam skenario Risiko, Indonesia tidak masuk ke dalam daftar 20 besar. Dalam skenario ini, AS dan Kanada berada di urutan pertama dan kedua, sementara China melorot ke peringkat keempat.

Selain itu, negara Asia Tenggara lainnya yakni Singapura juga mendapatkan keuntungan dalam transisi ke Industri 4.0. Menurut Li, negara kota ini terus berinvestasi dalam teknologi dan inovasi untuk mengimbangi transformasi cepat dalam manufaktur.

"Kerangka peraturan Singapura yang kuat menawarkan kepada para produsen tingkat perlindungan yang wajar dari risiko geo-politik dan kekayaan intelektual," tambah Li.

Setiap indikator memiliki masing-masing empat komponen penilaian yang berbeda. 
Cushman & Wakefield Setiap indikator memiliki masing-masing empat komponen penilaian yang berbeda.

Metode penilaian

Setiap skenario dinilai berdasarkan 20 variabel yang dititikberatkan pada tiga indikator yakni kondisi, risiko, dan biaya dengan bobot yang bervariasi.

Setiap indikator masing-masing memiliki empat komponen penilaian berbeda.

Pada indikator Kondisi, penilaian mencakup tenaga kerja, logistik atau akses ke pasar, lingkungan bisnis, dan tanggung jawab perusahaan.

Sementara pada indikator Risiko, penilaian meliputi ancaman bencana alam, risiko ekonomi negara dan perusahaan, serta risiko energi.

Sedangkan dalam indikator Biaya, penilaian berdasarkan biaya tenaga kerja per jam, biaya listrik untuk industri per jam, biaya konstruksi, dan biaya properti.

Metode penilaian kemudian dilanjutkan pada tiga skenario. Untuk skenario Baseline, penilaian dititikberatkan pada kondisi dan biaya dengan bobot masing-masing sebesar 40 persen. Sedangkan indikator risiko memiliki bobot 20 persen.

Skenario ini menilai keseimbangan antara kondisi operasi dan daya saing dalam hal biaya.

Selanjutnya, Skenario Biaya memberikan nilai lebih tinggi pada indikator biaya dengan bobot 60 persen, sementara indikator risiko dan kondisi memiliki bobot masing-masing sebesar 20 persen.

Kategori ini memberikan angka lebih tinggi bagi negara-negara dengan biaya operasi yang rendah.

Lalu dalam skenario Risiko, indikator penilaian dititikberatkan pada risiko dengan bobot sebesar 60 persen. Selanjutnya indikator lain seperti kondisi dan biaya memiliki bobot masing-masing sebesar 20 persen.

Skenario ini memperhitungkan risiko geopolitik yang meningkat dengan memilih negara-negara dengan tingkat ancaman ekonomi dan politik yang lebih rendah.

Berikut peringkat Indeks Risiko Manufaktur berdasarkan masing-masing skenario:

No Baseline Biaya Risiko
1 China China Amerika Serikat
2 Amerika Serikat Malaysia Kanada
3 India Vietnam Republik Ceko
4 Kanada Indonesia China
5 Republik Ceko India Singapura
6 Polandia Thailand Jerman
7 Malaysia Lithuania Denmark
8 Lithuania Rumania Finlandia
9 Hungaria Sri Lanka Austria
10 Thailand Polandia Inggris
11 Rumania Meksiko Irlandia
12 Portugal Peru Portugal
13 Indonesia Republik Ceko Polandia
14 Singapura Rusia Jepang
15 Vietnam Filipina Swiss
16 Meksiko Kolombia Lithuania
17 Bulgaria Hungaria Australia
18 Turki Turki Belanda
19 Korea Selatan Bulgaria Slowakia
20 Kolombia Maroko Korea Selatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com