JAKARTA, KOMPAS.com – JLL Indonesia memperkirakan harga sewa pusat perbelanjaan atau mal kelas atas (upper class) di wilayah DKI Jakarta cenderung naik pada tahun 2019.
Hal itu menyusul kinerja Kuartal IV-2018 harganya stabil di angka Rp 600.000 per meter persegi yang terus menunjukkan kenaikan pada Kuartal I-2019 menjadi Rp 610.000 per meter persegi.
“Sampai akhir 2019 diprediksi bisa naik sedikit jadi Rp 610.000 per meter persegi,” kata Head of Research JLL Indonesia James Taylor di Jakarta, Jumat (12/4/2019).
Sementara untuk mal kelas menengah (middle class), harga sewanya mencapai Rp 300.000 per meter persegi. Sebelumnya sekitar Rp 250.000 per meter persegi pada kuartal kedua-2018.
JLL memprediksi angka tersebut akan stabil sampai akhir tahun ini.
Sedangkan mal kelas menengah ke bawah (middle low class), harga sewa stagnan di angka Rp 250.000 per meter persegi sejak 2015 sampai 2018.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, harganya pun masih sama dan diproyeksi mentok hingga akhir tahun.
Baca juga: Ruang Kosong Pusat Belanja di Jakarta Terus Bertambah
Dari segi keterisian, ruang kosong semakin bertambah seiring ditutupnya empat gerai department store pada 2018 yang diganti dengan gerai makanan dan minuman, gerai busana, dan kursus pendidikan Bahasa Inggris.
“Okupansi diperkirakan turun tahun ini, tapi akan meningkat pada tahun-tahun setelahnya,” ujar James.
Ada pun dari segmen keterisian, ruang-ruang kosong pusat belanja di Jakarta kian bertambah. Hal ini menyusul tutupnya empat gerai department store pada 2018.
Kuartal I-2019 tercatat seluas 20.200 meter persegi. Padahal, kuartal IV-2018, ruang kosong hanya 5.000 meter persegi.
Ini berarti, menyisakan keterisian pusat belanja sekitar 88,3 persen dari total 2,9 juta meter persegi. Sementara tahun lalu periode yang sama, keterisian masih 89 persen.
JLL menganggap catatan tersebut merupakan yang terendah ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan juga terjadi pada segmen tingkat serapan. Selama kurun 2008 sampai 2013, rata-rata tingkat serapan masih seluas 43.000 meter persegi.
Tingkat serapan ini terus melorot drastis hingga rata-rata hanya seluas 14.000 meter persegi dalam medio tiga tahun, mulai 2014 hingga 2017.