JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri keramik merupakan salah satu sektor yang diprioritaskan pengembangannya dan terus memacu daya saingnya.
Terlebih, industri ini didukung oleh ketersediaan bahan baku yang besar. Pertumbuhannya saja pada 2018 mencapai 2,75 persen dan mampu menyerap lebih dari 150.000 tenaga kerja.
Untuk itu ada empat poin yang dilakukan guna mencapai sasaran tersebut. Poin pertama ialah ketersediaan gas industri dengan harga yang kompetitif.
Baca juga: Digempur China, Industri Keramik Nasional Terpukul
Kemudian inovasi, sumber daya manusia yang kompeten, dan pengembangan industri dalam negeri.
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan adanya jaminan pasokan dan harga ideal yang kompetitif.
Selanjutnya, pemerintah akan memfasilitasi melalui pemberian insentif fiskal berupa super deductible tax.
"Selain insentif fiskal, Kementerian Perindustrian juga menyediakan insentif nonfiskal berupa penyediaan tenaga kerja kompeten melalui program link and match dengan SMK dan industri, Diklat sistem 3 in 1 dan Program Diploma I Industri," ucap Airlangga dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (14/3/2019).
Airlangga mengungkapkan pada era digitalisasi saat ini, beberapa industri keramik nasional sudah menerapkan teknologi terbaru, seperti digital printing dan digital glazing yang mampu memproduksi keramik dengan ukuran besar.
"Kami juga mendorong diversifikasi produk dengan memproduksi jenis ubin terkini seperti ubin 3D (tiga dimensi), porcelain slab, dan ubin vitrifikasi, serta inovasi desain ubin keramik yang mengikuti tren terkini yang memiliki ciri khas dan original," tutur Airlangga.
Lebih lanjut, pihaknya juga akan mengamankan pasokan bahan baku industri keramik yang berasal dari dalam negeri seperti tanah liat (clay), feldspar, pasir silika, dolomite, dan limestone.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menargetkan produksi keramik nasional akan mencapai 420-430 juta meter persegi sepanjang tahun 2019.
"Angka ini tumbuh sebesar 7-9 persen dibanding jumlah produksi pada tahun 2018," pungkas Edy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.