Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Urusan Jamban Warga Jakarta

Kompas.com - 08/01/2019, 22:02 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pencemaran karena limbah industri dan rumah tangga, banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia.

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAP), Bernardus Djonoputro, menyebut Jakarta sebagai salah satu contoh. Di kota ini jumlah rumah tangga dengan jamban tanpa tangki septik aman masih tinggi. 

Baca juga: Soal Kali Item, Pakar Desak DKI Prioritaskan Waste Water Management

Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2018 yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), di DKI Jakarta terdapat sekitar 2.710.600 rumah tangga, dengan rata-rata banyaknya anggota keluarga sebanyak 3,8.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 83,69 persen rumah tangga sudah memiliki akses ke fasilitas tempat buang air besar milik sendiri.

Sementara 12,50 persen memiliki fasilitas sanitasi bersama, sedangkan 3,63 persen menggunakan fasilitas tempat buang air besar (MCK) umum.

Selain itu sebanyak 0,02 persen atau sekitar 542 rumah tangga tidak menggunakan fasilitas tempat buang air besar dan 0,16 persen atau sekitar 4.336 rumah tangga tidak memiliki fasilitas sanitasi.

Pada data BPS lain yang dipublikasikan November 2018 berjudul Statistik Kesejahteraan Rakyat 2018, sebanyak 83,13 persen rumah tangga sudah memiliki akses ke fasilitas sanitasi milik sendiri.

Selain itu, 12,81 persen memiliki fasilitas sanitasi bersama, sedangkan 3,64 persen menggunakan fasilitas tempat buang air besar umum.

Sementara sebanyak 0,02 persen fasilitas sanitasi tidak digunakan dan 0,40 persen sisanya tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar.

Baca juga: Kali Item Berbusa, Potret Terbelakangnya Manajemen Limbah Jakarta

Kondisi ini bukan hal baru, Bernardus menuturkan, hal serupa sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu. Menurutnya, masih banyak rumah tanga di Jakarta yang belum memiliki akses sanitasi memadai.

"Data lainnya menunjukkan masih tingginya jumlah rumah tangga yang buang air besar sembarangan, masih tingginya jumlah rumah tangga dengan jamban tanpa tangki septik aman, serta masih terbatasnya cakupan pengelolaan air limbah domestik baik secara terpusat maupun setempat," ujar Bernardus kepada Kompas.com, Minggu (6/1/2019).

Dia menambahkan, masih banyak kota yang menganggap waste water management bukan merupakan isu prioritas.

Padahal menurut Vice President Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement (EAROPH) itu, waste dan waste water management merupakan aspek penting dalam penataan kota.

Bernardus menilai, hampir semua kota di Indonesia hanya memiliki sistem limbah komunal. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2018 juga menyebutkan, sebanyak 94,49 persen rumah tangga menggunakan tangki atau tangki septik

Sedangkan 0,83 persen rumah tangga menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai tempat pembuangan akhir tinja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com