Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paradigma Masyarakat Berubah, Penjualan Apartemen Positif

Kompas.com - 16/11/2018, 07:00 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini kecenderungan masyarakat Indonesia untuk membeli rumah tapak masih lebih besar dibanding apartemen dan rumah susun.

Salah satu penyebabnya adalah paradigma bahwa mempunyai hunian, sebaiknya rumah tapak karena bisa lebih dikembangkan pada kemudian hari.

Namun, seiring perkembangan zaman, pemikiran tersebut mulai berubah karena kondisi dan kemampuan masing-masing.

Banyak orang berpikir bahwa kenaikan harga rumah tidak seimbang dengan bertambahnya penghasilan mereka.

Baca juga: 2019, Mandiri Incar 50 Persen Portofolio KPR Milenial

Hal itu membuat pembelian apartemen mengalami peningkatan dalam beberapa tahun belakangan ini karena dinilai lebih terjangkau dan sesuai dengan gaya hidup yang semakin praktis.

General Manager Sales Rumah123 Maria Manik mengatakan, dari survei yang dilakukan, masyarakat mulai menerima kehadiran apartemen dengan berbagai fasilitas sehingga semakin banyak yang membelinya.

“Menurut data kami, sekarang penjualan apartemen mulai meningkat, naik sekitar 3 persen. Artinya, apartemen mulai diterima,” ujar Maria ketika dijumpai di Jakarta, Rabu (14/11/2018).

Bersamaan dengan itu, dia menambahkan, ada tren berkurangnya penjualan rumah tapak meski tidak signifikan. Meski demikian, dia tidak menyebutkan angkanya. 

Namun, hal berbeda datang dari laporan Colliers International Indonesia. Hingga kuartal ketiga tahun 2018, penjualan apartemen strata menunjukkan kondisi melambat, termasuk di Jakarta.

Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto menuturkan pada Rabu (3/10/2018), pengembang merivisi target penjualan dengan menurunkan pasokan unit apartemen baru menjadi 19.883 unit.

Sebelumnya ditargetkan suplai unit baru bisa mencapai 25.410 unit hingga akhir tahun ini. Salah satu penyebabnya karena kondisi makro-ekonomi Tanah Air yang kurang baik sehingga menimbulkan sentimen negatif bagi para pengembang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau