BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR

Mereka, Pembuka Jalan bagi Korban Bencana yang Terisolasi...

Kompas.com - 02/11/2018, 18:37 WIB
Kurniasih Budi,
M Latief

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi memporakporandakan Sulawesi Tengah, khususnya Palu, pada Jumat (28/9/2018) lalu.

Bukan cuma rumah, hotel, rumah ibadah, sekolah, dan gedung bertingkat lainnya yang mengalami kerusakan. Berbagai infrastruktur seperti jalan dan jembatan pun ikut porak poranda.

Sejumlah akses menuju Kota Palu tak dapat dilalui karena rusak. Hanya ada satu jalur masuk menuju Kota Palu yang bisa diakses pengendara kendaraan bermotor pada akhir September lalu.

Sayangnya, ribuan kendaraan yang akan menuju Kota Palu tertahan di Toboli, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Padahal, kendaraan yang lewat situ banyak yang membawa bantuan bagi korban bencana.

Laju kendaraan tersendat karena mereka mesti menunggu giliran untuk menembus jalur kebun kopi yang longsor. Jalur kebun kopi merupakan pintu masuk menuju Palu dari arah utara itu memang sudah lama dikerjakan untuk pelebaran jalan.

Jalur itu mengalami longsor sehingga mesti diterapkan sistem buka tutup untuk kendaraan yang mengangkut bantuan, sebagaimana dilansir Kompas.com (29/9/2018).

Pemberlakuan sistem buka tutup jalan yang longsor di jalan nasional Palu-Toli-toli (pantai barat) Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kemen PUPR Pemberlakuan sistem buka tutup jalan yang longsor di jalan nasional Palu-Toli-toli (pantai barat)

Sulitnya menembus Kota Palu juga dialami Riko Suleman, pengemudi yang membawa rombongan dari Gorontalo menuju Palu.

Semula, Riko menempuh jalur Toboli-kebun kopi. Dengan adanya sistem buka tutup jalur, perjalanannya pun terhambat. Ia pun memutuskan untuk mundur agar dapat melintasi jalur alternatif, yakni melalui Tampu.

Di tengah perjalanan, warga dan sejumlah pengemudi yang ditemui mengingatkan bahwa jalur itu tak bisa dilewati karena jembatan putus. Apa mau dikata, ia pun memutar kembali kendaraannya menuju kebun kopi.

Pemerintah bergerak cepat dalam menangani bencana gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami yang menimpa Sulawesi Tengah. Pada masa tanggap darurat, sejumlah langkah-langkah dilakukan agar proses pemulihan wilayah dapat segera terjadi.

Situasi Kota Palu yang porak poranda akibat bencana gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami yang terjadi pada Jumat (28/9/2018). Ditjen Bina Marga menurunkan Tim Satgas Penanganan Bencana Gempa dan Tsunami Palu-Sigi-Donggala untuk membantu pemulihan infrastruktur wilayah.Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kemen PUPR Situasi Kota Palu yang porak poranda akibat bencana gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami yang terjadi pada Jumat (28/9/2018). Ditjen Bina Marga menurunkan Tim Satgas Penanganan Bencana Gempa dan Tsunami Palu-Sigi-Donggala untuk membantu pemulihan infrastruktur wilayah.

Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) yang dilansir Kompas.com (28/10/2018) mencatat, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana tersebut per 28 Oktober 2018. Selain itu, 1.309 orang hilang, 4.438 orang luka-luka, dan 206.524 orang mengungsi.

Kerugian dan kerusakan yang terjadi akibat bencana di Sulawesi Tengah mencapai Rp 18, 48 triliun per 27 Oktober 2018. Jumlah itu berpotensi meningkat karena belum semua data kerusakan Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutung selesai dilakukan.

BNPB juga merilis, dari Rp 18,48 triliun dampak ekonomi akibat bencana tersebut, kerugian mencapai Rp 2, 89 triliun dan kerusakan mencapai Rp 15, 58 triliun.

Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana senilai Rp 18,48 triliun berasal dari sektor permukiman mencapai Rp 9, 41 triliun, sektor infrastruktur Rp 1,05 triliun, sektor ekonomi Rp 4,22 triliun, sektor sosial Rp 3,37 triliun, dan lintas sektor mencapai Rp 0,44 triliun.

Untuk mendukung pemulihan pasca bencana, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) menugaskan 10 orang aparatur sipil negara (ASN) untuk terjun langsung ke Sulawesi Tengah. Mereka bekerja dalam Tim Satgas Bencana Gempa dan Tsunami Palu-Sigi-Donggala Ditjen Bina Marga Kemen PUPR.

Bersama 7 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi yang berfungsi sebagai kontraktor, para ASN Ditjen Bina Marga bahu membahu bekerja nyata untuk memulihkan berbagai jalan dan jembatan di lokasi bencana.

Tim Satgas Bencana Gempa dan Tsunami Palu-Sigi-Donggala Ditjen Bina Marga Kemen PUPR bersama 7 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kontruksi yang berfungsi sebagai kontraktor memulihkan berbagai jalan dan jembatan di Sulawesi Tengah
Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kemen PUPR Tim Satgas Bencana Gempa dan Tsunami Palu-Sigi-Donggala Ditjen Bina Marga Kemen PUPR bersama 7 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kontruksi yang berfungsi sebagai kontraktor memulihkan berbagai jalan dan jembatan di Sulawesi Tengah

Adapun Ditjen Bina Marga berfokus untuk mengembalikan fungsi seluruh jalur logistik yang sempat terputus, membersihkan kota dari reruntuhan bangunan, mengangkut rangka Jembatan Kuning, membuat tanggul yang rencananya direalisasikan pada 2019, serta membangun berbagai infrastruktur lainnya pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.

Pada masa pascabencana, para ASN Ditjen Bina Marga juga ikut membantu mengevakuasi korban, misalnya di Hotel Roa-Roa dan Hotel Mercure.

"Tugas pertama adalah mengontrol pekerjaan tanggap darurat, memastikan jalur logistik untuk Kota Palu lancar. Lalu, memperbaiki kerusakan jalan supaya bisa dilalui serta membuka daerah-daerah yang longsor supaya berbagai bantuan bisa masuk," kata salah satu anggota Tim Satgas Bencana Gempa dan Tsunami Palu-Sigi-Donggala Ditjen Bina Marga Kemen PUPR, Efran Hamonangan Nasution, kepada Kompas.com, Kamis (1/11/2018) malam.

Per 25 Oktober 2018, masa tanggap darurat selesia. Hingga awal November 2018, Lanjut Efrania, pembersihan di Kota Palu sudah 90 persen rampung. Jalan-jalan juga sudah berfungsi.

Sejak diterjunkan ke Sulawesi Tengah, tim dari Ditjen Bina Marga bersama BUMN melakukan pengaspalan dan penambalan pada jalan-jalan yang rusak.

"Lokasi yang parah, ditangani lebih dulu. Tujuannya tentu saja keselamatan pengguna jalan,” ujarnya.

Saat ini, pemulihan Sulawesi Tengah telah masuk ke masa transisi ke tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Efran dan 9 orang lainnya yang tergabung dalam tim Ditjen Bina Marga pun tetap bekerja demi pulihnya infrastruktur di Sulawesi Tengah

"Sesuai SK Bu Sekjen, kami ditugaskan tanpa batas waktu. Jadi, setiap hari kami tetap bekerja dan semua tim masih bekerja saat ini," imbuhnya.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com