Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Ini Mampu Bersihkan Sampah di Laut Lepas

Kompas.com - 13/09/2018, 23:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Fortune

KOMPAS.com - The Ocean Cleanup merupakan organisasi nirlaba yang mengembangkan teknologi mutakhir dengan tujuan untuk membersihkan sampah plastik di lautan.

Organisasi ini telah meluncurkan inovasi dalam mengumpulkan sekaligus mendaur ulang sampah plastik di laut lepas. Program ini dinamakan The Ocean Cleanup System.

Menurut The Ocean Cleanup System saat ini terdapat lebih dari lima triliun plastik di lautan. Jumlah ini belum ditambah dengan yang ada di Great Pasific Garbage Patch (GPGP).

GPGP merupakan salah satu zona perputaran partikel sampah di laut. Tempat ini juga sering disebut sebagai pulau plastik. Di dunia terdapat lima zona akumulasi sampah lautan, dengan GPGP sebagai yang terbesar.

Hal ini terjadi karena adanya perputaran sampah yang terperangkap dalam arus dan tidak bisa keluar. Sampah-sampah ini kemudian semakin menumpuk dan mejadi lebih sulit untuk dihilangkan.

Selain itu, keberadaan pulau sampah juga berbahaya bagi lingkungan dan kehidupan liar.

Menurut beberapa laporan, GPGP memiliki ukuran dua kali lipat dari wilayah Texas. Namun pada 2013, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menunjukkan tidak ada perkiraan yang masuk akal mengenai ukuran pulau sampah tersebut.

Meski ukuran pulau sampah ini tidak dapat diukur, namun konsentrasinya bisa. The Ocean Cleanup memperkirakan area terpadat di GPGP dapat memuat hingga 200 kilogram plastik per kilometer persegi pada 2030, jika tidak ada hal yang dilakukan.

Untuk itu, upaya pembersihan sampah perlu dilakukan. Menurut The Ocean Cleanup, membersihkan lautan dengan menggunakan kapal laut dan jaring akan memakan waktu hingga ribuan tahun, serta menghabiskan biaya puluhan miliar dollar.

The Ocean Cleanup Systemwww.theoceancleanup.com The Ocean Cleanup System
The Ocean Cleanup kemudian meluncurkan Ocean Cleanup System yang diklaim dapat membersihkan 50 persen sampah dari Great Pacific Garbage Patch, dalam waktu lima tahun. Menurut organisasi ini, sekitar 90 persen sampah plastik dapat hilang pada 2040 mendatang.

Sistem ini terdiri dari kapal berbentuk tabung sepanjang 600 meter. Kapal ini memiliki semacam jaring di bagian bawah untuk menangkap sampah.

Lebih lanjut, kapal tersebut dapat bergerak lebih cepat dari arus laut. Ini karena kapal digerakkan oleh arus, gelombang, dan tenaga angin. Sedangkan sampah plastik hanya bergerak jika ada dorongan dari gelombang saja.

Rencananya, secara berkala kapal akan mengumpulkan puing-puing sampah yang berhasil dikumpulkan. Selanjutnya, sampah tersebut akan dibawa ke daratan untuk didaur ulang.

Kritikan

Tentunya, setiap inovasi sering berjalan beriringan dengan kritik. Miriam Goldstein, pakar oseanografi biologis dan direktur bidang kebijakan kelautan di Center for American Progress mengatakn kepada CNN, bahwa dia khawatir kapal tersebut akan membawa serta plankton saat mengumpulkan sampah.

Aktivitas ini juga dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem dan menciptakan lingkungan sendiri. Sebaliknya, Goldstein menganjurkan metode pengumpulan plastik langsung dari sumbernya, sebelum berada jauh di laut lepas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harta Properti Gubernur Bengkulu, Tersangka Kasus Pemerasan dan Gratifikasi

Harta Properti Gubernur Bengkulu, Tersangka Kasus Pemerasan dan Gratifikasi

Berita
Hingga Awal November, 1,9 Juta Sertifikat Tanah Elektronik Diterbitkan

Hingga Awal November, 1,9 Juta Sertifikat Tanah Elektronik Diterbitkan

Berita
Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah secara 'Online'

Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah secara "Online"

Berita
Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Berita
Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Berita
119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

Berita
Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan Saat Nataru

Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan Saat Nataru

Berita
Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Berita
'Face Recognition' Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

"Face Recognition" Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau