Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Canggih, Pintu Stasiun Metro Sao Paulo Bisa Kenali Penumpang

Kompas.com - 11/05/2018, 20:00 WIB
Arimbi Ramadhiani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Citylab

KOMPAS.com - Pemegang konsesi Jalur Kuning Metro São Paulo, Brazil, Via Quatro, baru-baru ini memasang serangkaian platform pintu interaktif baru yang menampilkan iklan dan informasi di tiga stasiun.

Platform ini dilengkapi sensor dengan layar dan teknologi pengenalan wajah untuk memantau reaksi pemirsa terhadap apa yang sedang ditampilkan.

Saat ini, Jalur Kuning merupakan satu-satunya bagian yang dikelola oleh swasta.

Baca juga: Tak Mau Kalah dari Brasil, Indonesia Juga Punya Kampung Warna Warni

Menurut angka Via Quatro, terdapat 700.000 penumpang setiap hari kerja.

Sekitar setengah dari mereka mengakses jalur melalui tiga stasiun di mana platform pintu interaktif baru telah dipasang yaitu di Luz, Paulista, dan Pinheiros.

Adapun platform ini merupakan bagian dari proyek percobaan dengan dua pengiklan eksklusif selama satu tahun.

Pengiklan pertama adalah perusahaan elektronik multinasional, yang menyediakan layar raksasa yaitu LG dan sebuah perusahaan farmasi di Brazil, Hypera Pharma.

Menurut Presiden Via Quatro Harald Zwetkoff, pintu tersebut dapat menghitung jumlah pemirsa secara unik, memperkirakan usia dan jenis kelamin mereka, dan mengklasifikasikan reaksi mereka ke dalam empat suasana yakni bahagia, tidak puas, terkejut, atau netral.

Namun, dia mencatat, mereka tidak melakukan identifikasi pribadi penumpang. Selain itu, Zwetkoff juga mengklaim teknologi ini tidak merekam, menyimpan gambar, atau memeriksa data individu.

Dikritik soal transparansi data

Meski telah ada penjelasan dari Via Quatro, teknologi ini masih mengundang pertanyaan dari para pakar.

Koordinator Bidang Privasi dan Pengawasan InternetLab Jacqueline Abreu, sebuah organisasi penelitian independen menekankan Via Quatro harus transparan tentang bagaimana mereka menangani data tersebut.

"Apa yang mereka lakukan untuk mencegah pelanggaran? Bagaimana jika, misalnya, platform diretas dan mulai merekam orang atau mengumpulkan jenis informasi lainnya?" ujar Abreu.

Senada dengan Abreu, koordinator hak digital di Institut Perlindungan Konsumen Brasil (IDEC) Rafael Zanatta mengatakan data sensitif seperti ras, gender, atau orientasi seksual seseorang, harus ditangani dengan sangat hati-hati.

"Dalam undang-undang Eropa, misalnya, mengumpulkan informasi sensitif dilarang sebelumnya. Anda hanya bisa melakukannya jika memenuhi sejumlah persyaratan," jelas Zanatta.

Halaman:
Sumber Citylab
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com