Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HPJI Gelar Konferensi Regional Teknik Jalan ke-14

Kompas.com - 10/04/2018, 22:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, kehadiran jalan menjadi salah satu instrumen penting dalam mengembangkan perekonomian nasional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, pemerintah saat ini terkendala dengan kebutuhan anggaran yang besar untuk mendanai pembangunan jalan tersebut.

Pasalnya, saat ini pemerintah tidak hanya fokus pada pembangunan jalan, melainkan juga pelabuhan, bandara, jembatan, energi, hingga tenaga listrik.

Untuk itu, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia berencana menggelar Konferensi Regional Teknik Jalan ke-14 (KRTJ) di Jakarta pada 16-19 April 2018.

Mengangkat tema Jalan, Mobilitas, Berkelanjutan, HPJI ingin memberikan masukan kepada pemerintah atas persoalan anggaran yang kini tengah dihadapi.

“Kami bicara finansial. Yang ditekankan pada sustainable-nya, keberlanjutan. Tentunya soal kualitas tidak akan dilupakan, tapi mungkin tahun ini lebih banyak kami beri masukan tentang pembiayaan,” kata Ketua Umum HPJI Hediyanto W Husaini di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Suasana lalu lintas di sekitar lokasi kebocoran pipa gas PGN di Cawang, Jakarta Timur, Kamis (15/3/2018). Pada Rabu malam pipa gas tersebut kembali bocor akibat kegiatan pembangunan proyek LRTKompas.com/Setyo Adi Suasana lalu lintas di sekitar lokasi kebocoran pipa gas PGN di Cawang, Jakarta Timur, Kamis (15/3/2018). Pada Rabu malam pipa gas tersebut kembali bocor akibat kegiatan pembangunan proyek LRT
Hediyanto mengatakan, ketika HPJI terbentuk pada tahun 1975, saat itu panjang jalan secara keseluruhan baru 86.000 kilometer, sepanjang 10.000 kilometer di antaranya merupakan jalan nasional.

Sementara saat ini total panjang jalan secara keseluruhan sudah lebih dari 500.000 kilometer, 46.000 kilometer di antaranya merupakan jalan nasional.

Tentunya, pertumbuhan jalan dalam kurun waktu 43 tahun terakhir ini telah memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian masyarakat.

Hediyanto menambahkan, berbeda dengan zaman dulu ketika jalan hanya menjadi persoalan yang diselesaikan insinyur. Saat itu, kualitas pembangunan menjadi tantangan utama untuk menghadirkan konstruksi jalan yang andal agar dapat dilalui secara nyaman oleh masyarakat.

Kini, jalan bukan lagi konsumsi insinyur, melainkan juga lulusan sektor lain yang tertarik pada perkembangan infrastruktur. Ketika berbicara jalan ada aspek ekonomi dan bisnis yang juga terdapat di dalamnya.

Kondisi Stasiun Dukuh Atas untuk MRT Jakarta, Rabu (28/3/2018).KOMPAS.com/RIDWAN AJI PITOKO Kondisi Stasiun Dukuh Atas untuk MRT Jakarta, Rabu (28/3/2018).
“Karena menyangkut bisnis, menyangkut kontrak. Sekarang orang finance juga mulai. Orang hukum juga mulai. Orang menkeu banyak yang berkecimpung, BUMN juga, sehingga membangun jalan yang sustain ini adalah membangun jalan yang berpikiran bisnis,” tutur Hediyanto.

Lebih jauh Hediyanto mengatakan, Jakarta dipilih sebagai tuan rumah ajang KRTJ ke-14 karena tengah menghadapi persoalan yang cukup kompleks. Dalam waktu dekat ibu kota Indonesia ini akan menjadi tuan rumah perhelata Asian Games.

Di sisi lain, masih banyak pembangunan infrastruktur yang belum rampung, seperti proyek Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), dan beberapa proyek jalan tol.

Dengan mobilitas masyarakat yang cukup tinggi di ibu kota, tentunya kemacetan akan menghantui peregelara olahraga terbesar se-Asia tersebut.

“Semuanya tentu akan terintegrasi apabila telah berfungsi. Nanti kita akan melakukan kunjungan ke sana, selain ke jalan-jalan,” tuntas Hediyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com