Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Kerahkan Berbagai Upaya Bangun Pariwisata Rawapening

Kompas.com - 08/04/2018, 21:00 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

AMBARAWA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana membangum sejumlah cek bendung penaham atau check dam pada sejumlah sungai yang bermuara di damau Rawapening.

Fungsinya untuk menahan laju sedimentasi ke danau yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang ini.

Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Muhammad Imam Santoso mengatakan, selain eceng gondok, laju sedimentasi juga menjadi masalah utama hingga danau Rawapening ini menjadi salah satu yang paling kritis di Indonesia saat ini.

Baca juga : Percepat Revitalisasi Rawapening, Pemerintah Tambah 2 Alat Pemanen

"Hulu Rawapening ini memang ada indikasi sedimentasi yang berpengaruh pada kedalaman danau ini. Sehingga di atas kami akan membuat check dam untuk menahan laju sedimentasi ke danau," kata Imam disela Puncak Hari Air se Dunia (HAD) ke 26 Tahun 2018 tingkat nasional Bukit Cinta, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Sabtu (7/4/2018) siang.

Sementara itu terkait keberadaan karamba di tengah danau Rawapening, Imam melihat jumlahnya masih bisa ditoleransi sepanjang keberadannya tidak mengganggu proses normalisasi.

Pemandangan danau Rawapening dilihat dari Bukit Cinta, Banyubiru, Kabupaten Semarang.Kompas.com/ syahrul munir Pemandangan danau Rawapening dilihat dari Bukit Cinta, Banyubiru, Kabupaten Semarang.
Namun ia sudah meminta kepada Bupati Semarang agar menghentikan pemberian izin kepada pemilik karamba yang berasal dari luar daerah.

"Ternyata ada beberapa karamba yang pemiliknya bukan dari sini. Nah ini kami minta ke Bupati untuk ditertibkan, tidak diberikan lagi izinnya distop," ucap Imam.

Baca juga : Cegah Alih Fungsi Lahan, Danau Rawapening akan Disertifikasi

Saat ditanya berapa idealnya luas karamba yang diperbolehkan dari total luas danau, Imam mengaku tidak bisa memberikan tindakan tegas karena danau ini adalah danau alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara turun temurun untuk berbudidaya ikan.

Oleh sebab itu, Kementerian PUPR akan bekerja sama dengan Pemkab Semarang agar ada penertiban karamba.

"Kalau di semua waduk yang kami bangun, kami tidak membolehkan adanya karamba ini. Sangat susah dikontrol, sekali kami izinkan, mereka akan menambah terus," cetus Imam.

Ke depan, lanjutnya, penataan danau Rawapening ini akan dilakukan oleh semacam badan otorita dengan melibatkan lebih banyak lagi instansi yang terkait. Tujuannya untuk mengembangkan danau ini sebagai daerah pariwisata yang terkemuka.

Proses pembersihan eceng gondok Rawapening di dermaga Sumurup, desa Asinan, Bawen, Kabupaten Semarang, Jumat (7/4/2017).Kompas.com/ Syahrul Munir Proses pembersihan eceng gondok Rawapening di dermaga Sumurup, desa Asinan, Bawen, Kabupaten Semarang, Jumat (7/4/2017).
Sejumlah instansi yang terkait antara lain, Dinas Pariwisata, Cipta Karya, Bina Marga dan Dinas Perhubungan serta Pemerintah Daerah setempat.

"Kami yang akan membersihkan danaunya, teman-teman Cipta Karya yang akan melakukan penataan kawasannya. Bina Marga akan melakukan konektivitas kesini dan juga Dinas Pariwisata, dimana ada beberapa titik disini akan kita lakukan untuk potensi pariwisata," jelas Imam.

Imam mengakui perkembangan eceng gondok ini sangat progresif sehingga pihaknya perlu menambah peralatan berupa harvesting atau alat pemanen eceng gondok.

Melihat perkembangan saat ini, eceng gondok masih tersisa hampir 40 persen di permukaan danau Rawapening.

Kondisi ini menggembirakan, karena danau Rawapening sudah bisa digunakan sebagai ajang lomba venue dayung meskipun masih dalam area yang terbatas.

"Tapi kalau untuk taraf internasional belum bisa, karena eceng gondoknya masih banyak," tuntasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com