MEDAN, KompasProperti - Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Aries Setiadi Moerwanto mengatakan, pembangunan Jalan
Tol Trans Sumatera merupakan salah satu upaya untuk mengejar ketinggalan di bidang konektivitas, daya saing, dan terutama efisiensi jalur logistik.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia masih belum efisien dengan waktu tempuh rata-rata 2,7 jam untuk jarak 100 kilometer. Sementara negeri jiran itu sudah 1,2 jam untuk jarak yang sama.
"Jadi ini jalur logistik semua kami bangun. Dalam dua hari ini telah diresmikan 64 kilometer jalan tol, yakni Palembang-Indralaya, Kualanamu-Sei Rampah, dan Medan-Binjai," tutur Arie menjawab KompasProperti, Jumat (13/10/2017)
Arie menargetkan, hingga akhir 2017, Jalan Tol Trans Sumatera yang dapat diselesaikan sepanjang 392 kilometer.
Untuk mengejar target itu, pemerintah menyelesaikan persoalan tanah secara sistematis, yang selama ini merupakan kendala sosial yang menjadi salah satu penghambat utama selain masalah geoteknik menyangkut eksistensi alam.
Direktur PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani sebagai pemilik konsesi
Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, mengakui, pembebasan lahan memang masih mengganjal penyelesaian jalan tol keseluruhan.
"Hingga saat ini, pembebasan lahan untuk Seksi I Tanjung Baru-Parbarakan sudah mencapai 93 persen, tersisa 7 persen. Tapi kan itu merupakan dukungan dana tunai atau viability gap fund (VGF) APBN. Ada 3 kilometer yang ditugaskan kepada Jasa Marga," kata Desi.
Hilda B Alexander/Kompas.com Gerbang Tol Kualanamu yang merupakan bagian dari Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.
Sementara untuk Seksi VII, kata Desi, pembebasan tanahnya masih sekitar 60 persen. Seksi VII ini mencakup
Sei Rampah-Sei Bamban, dan Sei Bamban-Tebing Tinggi.
"Ini yang kejar-kejaran. Konstruksi ya juga pembebasan lahannya," sebut Desi.
Meski demikian, Desi memastikan pertengahan 2018 mendatang, Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi bisa fungsional saat mudik Lebaran.
Ada pun untuk Tol Medan-Binjai yang dikerjakan oleh PT Hutama Karya (persero), pembebasan lahannya sudah 50 persen.
Arie mengatakan, paling lambat penyelesaian Tol Medan-Binjai pada Oktober 2018.
Tren meningkat
Dengan tren pembebasan lahan yang kian meningkat tersebut, Arie optimistis tol-tol baru juga bisa dikebut pembangunannya seperti jalur dari Pekanbaru-Medan-Aceh, kemudian Jambi-Palembang, Padang-Pekanbaru.
Hilda B Alexander/Kompas.com Gardu Transaksi Otomatis (GTO) disiapkan untuk transaksi non tunai di Gerbang Tol Lubuk Pakam, bagian dari Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.
"Mungkin akhir 2019 pencapaiannya akan meningkat signifikan," ujar Arie.
Selain mempercepat pembangunan fisik jalan tol, pemerintah juga membuka opsi-opsi kemungkinan untuk mendukung pembiayaannya.
"Cara pertama ya dengan skema dana talangan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), dan yang sedang kita coba adalah mengajak investor masuk. Kita dorong dengan pinjaman atau berhutang pada swasta dengan jaminan pemerintah," ungkap Arie.
"Semua hal ini dilakukan untuk menggenjot pertumbuhan dan sekaligus pemerataan ekonomi," pungkas Arie.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.