Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Istiqlal, Soekarno dan Hatta Beda Pendapat

Kompas.com - 10/09/2017, 20:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Sesuai dengan namanya, Istiqlal, yang dalam bahasa Arab berarti kemerdekaan, Masjid Istiqlal dibangun pada era Presiden Soekarno pasca kemerdekaan Indonesia.

Masjid yang menjadi simbol kerukunan umat beragama itu, terletak berdampingan dengan Gereja Katedral yang telah berdiri sejak tahun 1828.

Namun, ada cerita menarik di balik penentuan lokasi Istiqlal saat dibangun pada tahun 1961 itu. Perbedaan pendapat antara dua proklamator, Soekarno dan Moh Hatta, mewarnai penentuan lokasi Masjid Istiqlal.

"Yang kami baca, saran Pak Hatta itu di Tanah Abang. Karena Tanah Abang merupakan lokasi komunitas umat islam," kata Wakil Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI) Bahrul Hayat, saat seminar bertajuk "Menjelang 50 Tahun Masjid Isqtiqlal" di Jakarta, Minggu (10/9/2017).

Kawasan Tanah Abang yang dimaksud sebenarnya berada di Jalan MH Thamrin, yang kini menjadi lokasi berdirinya Hotel Indonesia. Namun, usulan tersebut tidak disetujui Soekarno.

Presiden pertama Indonesia itu lebih memilih mendirikannya di lokasi saat ini, dengan alasan agar dapat dikunjungi umat beragama lain.

"Jadi, dia tidak diletakkan itu ada (komunitas muslim), tapi dibangun di satu titik yang berdekatan dengan Istana, berdekatan dengan katedral. Jadi simbol yang sangat baik bagi keagamaan," kata Bahrul.

Selasar Masjid Istiqlal dipadati masyarakat yang baru saja melaksanakan ibadah solat dzuhur, Minggu (10/9/2017).KOMPAS.com / DANI PRABOWO Selasar Masjid Istiqlal dipadati masyarakat yang baru saja melaksanakan ibadah solat dzuhur, Minggu (10/9/2017).
Meski pada akhirnya diputuskan bahwa lokasi pembangunan Masjid Istiqlal berada di bekas Taman Wilhelmina, namun hingga kini tidak diketahui seperti apa proses perdebatan antara Soekarno-Hatta hingga keputusan diambil.

Menurut Ketua Badan Pelestarian Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Aditya W Fitrianto, sebagai masjid terbesar, Istiqlal memiliki nilai dan posisi yang penting bagi Indonesia. Tak hanya sebagai simbol negara, melainkan simbol kerukunan antar-umat beragama.

"Letaknya yang berdampingan dengan Gereja Katedral, menunjukkan bahwa kita bukan sekadar negara beragama tetapi negara Pancasila," kata Aditya.

Setiap hari, tak kurang dari 200 turis asing dan 3.000 turis lokal yang mendatangi masjid yang dekat dengan kawasan silang Monas itu.

Nilai-nilai kerukunan umat beragama juga kental pada interior masjid itu sendiri, yang diarsiteki oleh Frederich Silaban, yang notabene merupakan seorang non-muslim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com